JAKARTA, KOMPAS — Indonesia berupaya memperluas pasar ekspor ke negara-negara Amerika Latin sebagai tujuan nontradisional. Lewat kerja sama ekonomi yang komprehensif dengan Chile, Indonesia berharap dapat memanfaatkannya sebagai pintu masuk pemasaran produk ekspor ke negara-negara Amerika Latin.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Iman Pambagyo di Jakarta, akhir pekan lalu, menyatakan, Chile diharapkan dapat menjadi pintu masuk.
Iman menambahkan, pada akhir 2017 Indonesia sudah menandatangani persetujuan kerja sama ekonomi yang komprehensif atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Chile. Sampai saat ini masih berlangsung pembahasan kerja sama CEPA yang lebih konkret.
Menurut Iman, beberapa negara ASEAN, seperti Vietnam dan Malaysia, sudah menandatangani perjanjian kerja sama perdagangan bebas dengan Chile. Lewat kerja sama dengan Chile, ekspor Indonesia ke Chile diharapkan dapat lebih meningkat dibandingkan tanpa RI-Chile CEPA.
Dari data, kinerja ekspor dan impor Indonesia dengan Chile masih relatif kecil. Nilai perdagangan total Indonesia- Chile tahun lalu 278,4 juta dollar AS.
Tahun 2017, ekspor Indonesia ke Chile mencapai 158,5 juta dollar AS dan impor sebesar 119,9 juta dollar AS. Indonesia surplus 38,6 persen untuk perdagangan barang dengan Chile pada tahun 2017.
Ekspor utama Indonesia ke Chile didominasi produk-produk sepatu olahraga, alas kaki yang terbuat dari kulit dan tekstil, kendaraan, peralatan pembersih, rumput laut, dan lemari es. Sementara produk impor utama Indonesia dari Chile didominasi oleh bahan baku industri, seperti bijih besi, anggur segar, minyak ikan, katode tembaga, bubuk kayu, dan potasium nitrat.
Akhir tahun
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat dihubungi di Dubai, Uni Emirat Arab, mengatakan, RI-Chile CEPA menjadi pintu masuk untuk produk ekspor ke negara Amerika Latin lain, seperti Peru dan Argentina. ”Peru ingin perjanjian perdagangan bebas. Namun, kita lebih menginginkan CEPA,” katanya.
Enggartiasto menambahkan, pasar Amerika Latin termasuk pasar ekspor yang kurang diperhatikan selama ini. Padahal, sejumlah negara ASEAN, seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand, sudah menjalin kerja sama perdagangan bebas dengan Chile sehingga ketiga negara itu dapat meningkatkan ekspor ke negara-negara Amerika Latin, terutama Chile. ”Saya berharap kerja sama ekonomi dengan Chile sudah dapat terlaksana pada akhir tahun ini,” katanya.
Sebagai gambaran, Thailand menjalin perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/FTA) dengan Chile tahun 2015. Ekspor Thailand mengalami sedikit penurunan sesaat setelah berlakunya FTA pada tahun 2016. Namun, pada 2017 ekspor Thailand justru meningkat 20 persen sampai 25 persen dan total perdagangan barang kedua negara saat ini telah menembus 1 miliar dollar AS.
Selain itu, FTA pada 2014 antara Vietnam dan Chile juga dinilai mampu meningkatkan ekspor Vietnam ke Chile. Pada kurun 2014-2016 atau setelah FTA dengan Chile, ekspor Vietnam ke Chile meningkat 60 persen.
Melalui RI-Chile CEPA, Chile akan menghapus tarif bea masuk sejumlah produk Indonesia yang masuk ke pasar Chile. Sebaliknya, Indonesia akan menghapus tarif bea masuk untuk produk impor dari Chile.
Lewat kerja sama itu, ekspor Indonesia ke Chile diprediksi naik signifikan, yakni 21 juta dollar AS, dibandingkan tanpa RI-Chile CEPA. Pertumbuhan ekonomi Chile dinilai positif pada 2017 dan lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi di Amerika Latin.