JAKARTA, KOMPAS — Upaya pemerintah menurunkan pengguna sepeda motor untuk mudik dan balik Lebaran 2018 dinilai berhasil. Kementerian Perhubungan menyebutkan, pengguna sepeda motor turun 18,2 persen dari 843.741 pemudik tahun 2017 menjadi 689.762 pemudik tahun 2018, sementara pada arus balik turun 25,4 persen dari 814.936 pemudik menjadi 607.855 pemudik. Pengguna angkutan darat, laut, dan udara juga tercatat naik.
”Pemerintah selalu mengimbau masyarakat agar tidak mudik dengan menggunakan sepeda motor karena tingkat keselamatannya yang rendah. Kini, sudah mulai ada penurunan. Masyarakat sudah mulai menyadari penggunaan sepeda motor untuk jarak jauh,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat menutup Posko Angkutan Lebaran 2018 di Kantor Kementerian Perhubungan, Senin (25/6/2018).
”Saya mengapresiasi semua pihak yang telah bekerja baik di semua subsektor darat, laut, udara, dan kereta, dan juga semua pihak yang telah mendukung kesuksesan penyelenggaraan angkutan Lebaran ini. Presiden juga sudah menyampaikan apresiasi dan terima kasih untuk semua yang sudah dilakukan,” katanya.
Dalam arus mudik dan balik kemarin, pengguna angkutan jalan tercatat naik 0,46 persen dari 4.178.318 orang tahun 2017 menjadi 4.197.536 orang pada tahun 2018. Untuk penyeberangan naik 7,27 persen dari tahun 2017 sebesar 3.812.635 orang menjadi 4.089.634 orang. Moda laut naik 5,71 persen dari 1.028.002 orang tahun 2017 menjadi 1.086.742 orang. Pesawat terbang naik sebesar 5,35 persen dari 5.632.393 orang tahun 2017 menjadi 5.933.772 orang. Adapun moda kereta api naik 6,87 persen dari 4.646.175 orang tahun 2017 menjadi 4.965.470 orang.
Untuk kelancaran arus kendaraan, Budi Karya mengatakan juga terjadi kenaikan. ”Penyelenggaraan mudik tahun ini berjalan lancar, hal tersebut tecermin dengan meningkatnya kecepatan kendaraan di jalan yang meningkat sebesar 9 persen. Untuk arus mudik dari semula 66 km per jam menjadi 72 km per jam. Adapun untuk arus balik naik lebih tinggi, yakni 22 persen, dari semula 64 km per jam menjadi 79 km per jam,” katanya.
Sementara Direktur Jenderal Perhubungan Udara Agus Santoso mengatakan, kinerja ketepatan waktu (on time performance/OTP) penerbangan selama angkutan Lebaran lebih baik daripada hari biasa. Rata-rata OTP selama Lebaran tercatat 78,12 persen, sedangkan rata-rata harian hanya 74,88 persen. ”Upaya yang dilakukan antara lain dengan mengedukasi masyarakat agar melakukan reservasi jauh hari sebelum keberangkatan, penyederhanaan pola rotasi pesawat, serta penyediaan informasi tentang jadwal keberangkatan di bandar udara,” ujar Agus.
Maskapai yang berhasil mencatatkan hasil terbaik adalah Batik Air dengan OTP 91,33 persen. Kemudian disusul Garuda 90,23 persen, Citilink 86,4 persen, Indonesia AirAsia 85,46 persen, NAM Air 85,39 persen, TransNusa 82,95 persen, Indonesia AirAsia Extra 82,27 persen, Sriwijaya 76,28 persen, Travel Express 70 persen, Wings 69,76 persen, Lion 64,32 persen, Susi Air 50,18 persen, dan Trigana 40,06 persen.
Pengamat transportasi Darmaningtyas mengatakan, secara umum penyelenggaraan angkutan Lebaran tahun 2018 sudah baik. Namun, pemerintah masih fokus pada penyelenggaraan di Jawa. Sementara penyelenggaraan di daerah dan pelosok masih banyak yang abai. ”Padahal, yang mudik tidak hanya di Jawa,” ujar Darmaningtyas.
Selain itu, dia juga mengusulkan agar pemerintah tidak menyelenggarakan mudik gratis dengan menyewa bus pariwisata. ”Sebaiknya pemerintah memberikan layanan gratis kepada bus AKAP dan bus AKDP selama 2 minggu Lebaran. Syaratnya, hanya bus AKAP dan AKDP yang memenuhi standar pelayanan minimum yang dibeli layanannya,” katanya. Dengan membeli layanan bus AKAP/AKDP, kualitas bus umum itu akan dipaksa ditingkatkan. Selain itu, masyarakat juga akan lebih senang karena jadwal keberangkatannya bisa kapan saja, tidak ditentukan pemerintah.