Misi Dagang Indonesia ke Tunisia Bukukan Transaksi hingga 2,74 Juta Dollar AS
Oleh
·2 menit baca
FES, KOMPAS — Misi dagang Indonesia ke Tunisia yang berlangsung pada 24-26 Juni 2018 berhasil membukukan transaksi senilai 2,74 juta dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 39 miliar. Nilai ini berasal dari penjualan aneka produk lokal Indonesia, seperti tuna, rempah-rempah, kopi, aksesori kamar mandi, dekorasi rumah, dan perhiasan.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda, yang ditemui di sela-sela Fes Meknes Economic Forum, Rabu (27/6/2018), di Fes, Maroko, mengatakan, dari hasil transaksi tersebut, ada beberapa pembeli yang meminta pengusaha Indonesia membuka agen distribusi di Tunisia atau negara Afrika lain asal pembeli.
Saat melakukan misi dagang ke Tunisia, dia menceritakan, Indonesia membawa 21 pelaku bisnis dari 11 perusahaan dan lembaga dari berbagai sektor usaha. Selama berada di sana, Pemerintah Indonesia memfasilitasi mereka ke dalam kegiatan forum bisnis dan business matching.
Sampai hari ini, masih terdapat pelaku bisnis Indonesia yang membicarakan transaksi dengan pembeli Tunisia. Oleh karena itu, Arlinda memperkirakan nilai transaksi yang dibukukan bisa melebihi 2,74 dollar AS.
Sesuai data Kementerian Perdagangan tahun 2017, ekspor produk nonmigas Indonesia ke Tunisia mencapai 55,19 juta dollar AS, sedangkan impor produk nonmigas dari Tunisia mencapai 32,77 juta dollar AS. Berangkat dari kondisi ini, Indonesia berhasil membukukan surplus perdagangan dengan Tunisia sebesar 22,42 juta dollar AS.
Produk ekspor utama Indonesia ke Tunisia mencakup, antara lain, minyak kelapa sawit dan turunannya (58,27 persen), minyak kelapa dan turunannya/kopra (5,3 persen), serta palm kernel (10,57 persen). Adapun impor Indonesia dari Tunisia meliputi, antara lain, kurma (59,47 persen), calcium hydrogenorthophosphate (5,63 persen), dan kulit domba (2,51 persen).
Setelah Tunisia, misi dagang Indonesia berlanjut ke Maroko yang dimulai pada 27-29 Juni 2018. Arlinda menyebutkan, terdapat 35 pelaku usaha dari 18 perusahaan Indonesia ikut berpartisipasi. Selama di Maroko, mereka difasilitasi dalam kegiatan forum bisnis, business matching, dan pameran produk.
”Rangkaian misi dagang kami ke Afrika bertujuan meningkatkan pangsa pasar produk Indonesia. Momen kali ini inginnya memperkenalkan kembali produk-produk Indonesia, pangsa pasar diperluas, membicarakan tantangan tarif bea masuk yang menjadi kesulitan utama, dan mempererat komunikasi dua negara,” tutur Arlinda kepada wartawan Kompas,Mediana, di Fes, Maroko.
Pada tahun 2017, ekspor Indonesia ke Maroko mencapai 85 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,2 triliun. Adapun impor Indonesia dari Maroko tercatat 68 juta dollar AS. Ini memberikan surplus bagi Indonesia sebesar 17 juta dollar AS atau sekitar Rp 241 miliar.