Tekanan Ganda Hantam Rupiah
JAKARTA, KOMPAS — Mata uang rupiah mengalami tekanan ganda sejak awal pekan ini. Tekanan tidak hanya akibat penguatan dollar AS, tetapi juga dari renminbi. Hal itu menyebabkan depresiasi rupiah semakin dalam.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate pada Selasa (26/6/2018), nilai tukar rupiah Rp 14.163 per dollar AS. Posisi ini merupakan yang terlemah sejak Juni 2018.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsyah kepada Kompas mengatakan, pelemahan rupiah masih dipengaruhi dua faktor global. Pertama, kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, The Fed, pada pertengahan Juni.
Faktor kedua adalah sentimen atas rencana Bank Rakyat China (PBOC) menurunkan giro wajib minimum bank sebesar 50 basis poin. Dampak kebijakan Bank Sentral China itu menekan renminbi sehingga berdampak terhadap seluruh mata uang sejumlah negara di Asia, termasuk Indonesia.
”Pelemahan renminbi itu cepat berdampak pada mata uang ke sejumlah negara karena hubungan perdagangan intraregional antara negara-negara di Asia dan China cukup tinggi,” kata Nanang di Jakarta.
Pelemahan renminbi itu cepat berdampak ke mata uang ke sejumlah negara.
Nanang menambahkan, tekanan akibat pelemahan renminbi diperkirakan hanya sementara. Hal itu merupakan respons pasar terhadap rencana langkah PBOC. Oleh karena itu, BI akan terus hadir di pasar menjaga stabilitas rupiah pada nilai fundamennya.
Pada Minggu (24/6), PBOC mengumumkan akan memangkas rasio cadangan bank untuk meningkatkan likuiditas 5 bank milik pemerintah dan 12 bank umum. Pemotongan itu akan melepaskan kewajiban bank-bank tersebut terhadap bank sentral sebesar 500 miliar yuan atau setara 77 miliar dollar AS.
Pemerintah China mengambil langkah itu untuk mengantisipasi dampak perang dagang AS-China terhadap pelaku usaha di China. Dari pemangkasan kewajiban itu, Pemerintah China meminta 17 bank tersebut mengantisipasi dampak terpuruknya pelaku usaha di dalam negeri akibat ekspor ke AS terhambat.
Dengan tambahan likuiditas itu, pemberi pinjaman dapat melakukan pertukaran utang dengan saham atau mengubah utang menjadi penyertaan modal (debt for equity swap). Cara menukar utang dengan saham ini merupakan salah satu cara merestrukturisasi utang suatu perusahaan.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani pengenaan tarif untuk impor baja dan aluminium dari China pada Maret. Hal ini merupakan salah satu momen awal dari perang dagang dunia.
Alihkan pasar
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi, mengemukakan, perang dagang AS-China akan membuat pelaku usaha di China mengalihkan pasar dari AS ke negara-negara lain. Kebijakan Pemerintah China itu dimaksudkan juga untuk memfasilitasi eksportir di sektor pembiayaan perdagangan.
Para pelaku usaha itu juga diperkirakan tidak terlalu cepat mengurangi impor bahan baku industri. Namun, jika dampak perang dagang berkepanjangan, pelaku usaha China pasti akan terdampak dan bisa jadi mengurangi impor bahan baku.
”Jika perang dagang terus berlanjut, pertumbuhan ekonomi global akan terkontraksi 0,8 persen. Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini 3,9 persen. Perang dagang akan menyebabkan pertumbuhan itu terkoreksi menjadi 3,1 persen,” ujarnya.
Khusus Indonesia, lanjut Fithra, perang dagang akan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi 0,1 persen. Besaran kontraksi pertumbuhan itu sudah memperhitungkan dampak pelemahan ekonomi China. Fithra memperkirakan, pertumbuhan ekonomi China pada tahun ini berkisar 6,3-6,4 persen atau turun dari tahun lalu yang sebesar 6,9 persen.
Bursa saham
Kendati sempat menguat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa ditutup melemah 33,434 poin atau 0,57 persen ke level 5.825,649. Pelemahan ini akibat konsolidasi pelaku pasar di tengah tekanan terhadap rupiah.
Kemarin, investor asing membukukan jual bersih Rp 453,09 miliar. Dengan demikian, sejak awal tahun ini, investor asing sudah membukukan jual bersih Rp 48,555 triliun.
Kapitalisasi pasar saham di Bursa Efek Indonesia per Selasa senilai Rp 6.540 triliun. Sejak awal tahun ini, IHSG sudah tertekan 8,34 persen.
Vice President Research Department Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan, penurunan IHSG kemarin disebabkan konsolidasi di tengah tekanan rupiah. Namun, IHSG masih berpotensi menguat di sepanjang pekan ini karena BI berencana menaikkan suku bunga acuan BI atau BI 7-Day Reverse Repo Rate.
Jika sinyal menaikkan suku bunga acuan itu direalisasikan BI, rupiah akan menguat. Hal ini akan berdampak pada penguatan IHSG.
Sementara, Kiswoyo Adi Joe, Kepala Riset Narada Aset Manajemen, menilai pelemahan IHSG terjadi akibat minimnya sentimen positif sepanjang pergerakan pasar kemarin. Selain itu, koreksi saham di pasar AS juga menahan penguatan IHSG.
Realisasi APBN 2018 yang per akhir Mei defisit Rp 94,43 triliun atau 0,64 persen produk domestik bruto (PDB) merupakan yang terendah sejak 2016. Hal ini, tambah Kiswoyo, sebenarnya bisa menjadi sentimen positif bagi pergerakan IHSG.
”Kebijakan ini akan difokuskan pada sektor riil salah satu untuk membantu supaya neraca pembayaran, terutama defisit transaksi berjalan bisa dikurangi,” ujar Kiswoyo.
Akan tetapi, kebijakan The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 1,75 persen-2 persen dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung pada 13 Juni menjadi momok bagi pergerakan nilai tukar rupiah. ”Mayoritas pelaku pasar juga menanti keputusan rapat dewan gubernur BI pekan ini,” katanya.
Mayoritas pelaku pasar juga menanti keputusan rapat dewan gubernur BI.