JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Perdagangan mengoptimalkan penetrasi pasar ekspor di Benua Afrika. Hal itu dilakukan melalui diplomasi perdagangan, promosi, dan pendekatan bisnis untuk bisnis. Tujuannya adalah meningkatkan pasar ekspor ke negara-negara nontradisional di tengah-tengah defisit neraca perdagangan Indonesia.
Di Nigeria, Afrika Barat, Indonesia mengikuti pameran Food West Africa 2018. Pameran produk makanan dan minuman terbesar di Afrika Barat itu diikuti 140 perusahaan dan dihadiri sekitar 3.500 pengunjung. Lima perusahaan Indonesia berpartisipasi di Paviliun Indonesia.
Kelima perusahaan tersebut adalah PT Mayora (kopi instan, permen, dan makanan ringan), PT Kapal Api Global (kopi instan, permen, makanan ringan, dan minuman cokelat), PT Mariza Food (kopi instan, kue lapis, kerupuk, makanan ringan, selai, dan minuman cokelat), PT Dua Kelinci (makanan ringan dan minuman sari buah), serta PT Anugrah Pertiwi (mentega, sarden dalam kaleng, dan minyak goreng).
”Transaksi yang dihasilkan pelaku usaha di Indonesia dalam pameran itu sebesar 5,4 juta dollar AS,” kata Kepala Indonesian Trade Promotion Center Lagos Bagus Wicaksena dalam keterangan pers, Kamis (28/6/2018).
Bagus menyebutkan, Nigeria merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di Afrika dengan populasi sekitar 190 juta jiwa. Negara tersebut sangat potensial bagi pasar produk makanan dan minuman Indonesia. Berdasarkan penelitian Ringier Food (2015), potensi pasar produk makanan dan minuman di Nigeria sekitar 20,55 miliar dollar AS.
”Perusahaan The Manufacturer’s Association of Nigeria bahkan memperkirakan pertumbuhan industri makanan dan minuman di Nigeria berkisar 10-30 persen pada beberapa tahun ke depan,” ujarnya.
Indonesia juga menyelenggarakan forum bisnis di Benin dan Ghana, Afrika Barat. Total potensi transaksi pertemuan bisnis antara pelaku usaha Indonesia dan pelaku usaha kedua negara itu sebesar 9 juta dollar AS.
Diplomasi perdagangan
Selain di Afrika Barat, Indonesia juga memulai perundingan perjanjian perdagangan preferensial (PTA) dengan Tunisia. Perundingan PTA itu resmi diluncurkan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Menteri Perdagangan Tunisia Omar Behi di sela-sela perundingan bilateral Indonesia-Tunisia dan rangkaian misi dagang di Tunis, Tunisia, Senin lalu.
”Indonesia dan Tunisia sepakat memulai perundingan PTA untuk meningkatkan perdagangan kedua negara. Kerja sama PTA diyakini akan mengurangi hambatan tarif sehingga dapat mendorong peningkatan hubungan perdagangan,” tutur Enggartiasto.
Menurut Enggartiasto, PTA dianggap paling cocok untuk meningkatkan perdagangan kedua negara yang masih belum optimal. Presiden Joko Widodo memberikan perhatian khusus kepada Benua Afrika, termasuk wilayah Maghribi yang selama ini belum digarap secara maksimal. Salah satunya adalah dengan menurunkan bea masuk agar perdagangan dan investasi semakin menggeliat.
”Selama ini, tarif bea masuk produk Indonesia ke Tunisia masih relatif tinggi, padahal produk-produk Indonesia cukup kompetitif di pasar Tunisia. Rata-rata tarif bea masuk Tunisia sebesar 9,3 persen, sedangkan Indonesia adalah 5,3 persen,” ujarnya. (*)