Tingkatkan Ekspor, Indonesia Selesaikan Perjanjian Perdagangan dengan Tiga Negara
Oleh
Mediana
·2 menit baca
FES, KOMPAS — Pemerintah Indonesia sedang menyelesaikan pembahasan perundingan Perjanjian Perdagangan Preferensial (Preferential Trade Agreement/PTA) dengan tiga negara, yakni Bangladesh, Tunisia, dan Mozambik. Ini adalah bagian dari upaya Indonesia meningkatkan ekspor barang.
Direktur Perundingan Bilateral Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Ni Made Ayu Marthini yang ditemui di sela-sela Fes Maknes Economic Forum, Kamis (28/6/2018), di Fes (Maroko), mengatakan, dunia sekarang tengah mengalami friksi perdagangan. Sebagai contoh, Amerika Serikat sedang terlibat perang tarif dengan China. Dampaknya menjalar sampai ke situasi perdagangan internasional. Indonesia pun dituntut kreatif mencari pasar baru.
”Negara-negara di kawasan Afrika, Amerika Latin, dan Asia. Kita harus mencari peluang, misalnya dengan aktif mencari pasar baru. Daripada kita ikut ribut dengan friksi perdagangan tersebut,” ujar Made sebagaimana dilaporkan wartawan harian Kompas,Mediana, dari Fes, Maroko.
PTA memberikan preferensi atau keringanan terhadap jenis produk tertentu kepada negara tertentu dan dilaksanakan dengan cara mengurangi tarif. PTA dapat muncul melalui perjanjian atau kesepakatan dagang.
Perundingan PTA dengan Tunisia dan Mozambik masuk tahap pertama. Indonesia baru saja menjajaki kemungkinan PTA dengan Maroko. Pemerintah Maroko di sela-sela Fes Maknes Economic Forum sudah menunjukkan sinyal positif terhadap keinginan Indonesia itu.
”Tarif bea masuk ditambah pajak impor barang Indonesia ke Maroko dikeluhkan tinggi. Untuk item tertentu, besarannya bisa mencapai 60 persen. Kami mengupayakan jalan keluar,” kata Made.
Menurut dia, target waktu pembahasan perundingan diharapkan bisa sesegera mungkin. Akhir tahun 2018 merupakan target sementara.
”Produk Indonesia di sana masih sedikit. Jadi, kami harus bangun fondasi kedekatan masyarakat dengan produk Indonesia terlebih dulu. PTA juga bersifat menyasar ke barang-barang tertentu, waktu pembahasan perundingan cepat. Ini tidak seperti free trade area (FTA) yang menyasar barang sekaligus jasa dan pembahasannya memakan waktu lama,” kata Made.
Untuk negara Amerika Latin, dia menceritakan sasaran Indonesia adalah Chile dan Peru. Menteri Perdagangan Indonesia Enggartiasto Lukita dan Menteri Luar Negeri Chile Heraldo Muñoz telah menyetujui dan menandatangani Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Pemerintah Indonesia dan Chile (IC-CEPA) di Santiago pada Desember 2017. IC-CEPA menjadi perjanjian perdagangan bebas bilateral pertama antara Indonesia dan negara Amerika Latin.