WAJO, KOMPAS — Pembangunan konstruksi delapan bendungan ditargetkan selesai secara bertahap hingga akhir tahun ini. Beroperasinya delapan bendungan itu diharapkan dapat membantu mempercepat pengadaan pangan, mengendalikan banjir, dan menyediakan air baku.
Kedelapan bendungan itu adalah Rotiklot (Nusa Tenggara Timur), Tanju dan Mila (Nusa Tenggara Barat), Gondang dan Logung (Jawa Tengah), Sindangheula (Banten), Kuningan (Jawa Barat), serta Sei Gong (Kepulauan Riau).
”Tahun ini akan selesai delapan bendungan yang sudah (mulai) dikerjakan 3-4 tahun lalu,” kata Presiden saat mengunjungi pembangunan Bendungan Paselloreng di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, Selasa (3/7/2018).
Bendungan Paselloreng yang mulai dibangun pada 2015 dijadwalkan selesai pada Juli 2019. Namun, Presiden menegaskan, konstruksi akan dipercepat sehingga bisa selesai pada Februari 2019. Saat ini, realisasi pengerjaan konstruksi bendungan yang senilai Rp 37,5 miliar itu mencapai 73,29 persen.
Presiden memaparkan, Bendungan Paselloreng akan mengairi lahan pertanian seluas 7.000 hektar. Selain itu, Bendungan Paselloreng juga memasok air baku 305 liter per detik serta berpotensi menghasilkan listrik 0,8 megawatt.
”Ini bendungan yang sangat besar. Arahnya semua ke sana (swasembada pangan). Empat puluh sembilan bendungan yang kita bangun untuk menyiapkan air irigasi sehingga nanti kita bisa swasembada pangan,” ujar Presiden.
https://youtu.be/-YfxLb6cvl0
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan, saat ini ada 231 bendungan di Indonesia. Semua bendungan tersebut baru bisa memasok air untuk sekitar 11 persen dari 7,3 juta lahan pertanian.
Jika 49 bendungan yang dibangun sejak 2015 sampai 2019 selesai dan beroperasi, diharapkan cakupan daerah pertanian irigasi yang dipasok air bendungan meningkat menjadi sekitar 20 persen.
Bendungan Paselloreng juga berfungsi sebagai pembangkit listrik kendati untuk operasional bendungan.