JAKARTA, KOMPAS –Di tengah penguatan dollar AS, wisatawan domestik mengubah tujuan wisata. Sebagian menunda perjalanan wisata ke luar negeri. Sebagian tetap berwisata ke luar negeri, namun mengubah negara tujuan.
Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Asnawi Bahar kepada Kompas, Rabu (4/7/2018), di Jakarta, mengatakan, pelemahan rupiah -akibat penguatan dollar AS- membuat pola berwisata masyarakat Indonesia berubah. “Kecenderungannya, mereka mengubah tujuan wisata. Misalnya, ke Jepang, Korea Selatan, atau negara lain di Asia Tenggara, yang memang tidak membutuhkan dollar AS,” kata Asnawi.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, Rabu, nilai tukar rupiah sebesar Rp 14.343 per dollar AS.
Menurut Asnawi, wisatawan Indonesia yang berwisata ke luar negeri adalah mereka yang berpenghasilan tinggi. Dengan demikian, calon wisatawan ini sudah menyiapkan rencana berlibur secara matang serta memproyeksikan berbagai kemungkinan, termasuk pelemahan nilai tukar rupiah.
Direktur Pemasaran Wita Tour, Rudiana, mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah tahun ini mengakibatkan jumlah wisatawan yang bepergian ke luar negeri berkurang. Penurunannya sekitar 15-20 persen dibandingkan dengan tahun lalu. “Kebanyakan yang ke luar negeri itu urusan bisnis. Seiring lesunya perekonomian, tingkat keberangkatan juga menurun,” kata Rudiana.
Terkait tujuan wisata, Rudiana mengatakan, Singapura masih menjadi destinasi favorit wisatawan Indonesia. Berdasarkan data Badan Pariwisata Singapura (Singapore Tourism Board/STB), pada Januari-April 2018, sebanyak 982.293 wisatawan Indonesia berlibur ke Singapura. Wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Singapura pada 2017 lebih tinggi 2,1 persen dibandingkan dengan 2016. (E14)