JAKARTA, KOMPAS — Eksplorasi untuk mendapat cadangan baru minyak dan gas bumi di Indonesia mengkhawatirkan. Dari target pengeboran 104 sumur eksplorasi tahun ini, realisasi selama semester I-2018 baru sebanyak 11 sumur. Sementara target produksi siap jual atau lifting minyak dan gas bumi belum menggembirakan.
Kekhawatiran itu disampaikan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi dalam paparan kinerja semester I-2018, Jumat (6/7/2018), di Jakarta. Menurut Amien, penyebab belum optimalnya kinerja eksplorasi lantaran keterbatasan dana yang dipunyai kontraktor migas. Selain itu, pelaksanaan eksplorasi kerap terganjal perizinan pembebasan lahan.
”Pengeboran eksplorasi memang bermasalah. Penyebabnya, sejumlah kontraktor wilayah kerja eksplorasi tidak memiliki dana. Begitu pula tak tercapainya kesepakatan dengan pemilik lahan sehingga tak bisa tembus (kegiatan tak berjalan),” kata Amien.
Kendati target lifting migas belum memenuhi harapan, cadangan migas Indonesia bertambah sekitar 580 juta barrel setara minyak.
Mengacu pada data SKK Migas, realisasi anggaran eksplorasi pada wilayah kerja eksplorasi di 2017 sebesar 162 juta dollar AS. Realisasi itu jauh di bawah realisasi anggaran eksplorasi 2016 yang sebanyak 285,6 juta dollar AS. Dibandingkan dengan periode 2011-2014, investasi eksplorasi berkisar 950 juta dollar AS sampai 1,8 miliar juta dollar AS per tahun. Tahun ini, pemerintah berharap realisasi anggaran eksplorasi bisa mencapai 680 juta dollar AS.
Amien mengakui, tak semua eksplorasi yang dilaksanakan kontraktor sukses menemukan cadangan migas dalam jumlah signifikan. Sepanjang tiga tahun terakhir, ada 74 kontrak blok migas yang diputus (terminasi) oleh pemerintah. Salah satu penyebabnya adalah pemegang kontrak sudah melaksanakan eksplorasi, tetapi tak mendapat hasil. Sebab lainnya adalah kontraktor tidak melaksanakan komitmen eksplorasi sampai melewati batas waktu yang ditetapkan.
”Namun, dengan tingginya harga minyak, pendapatan kontraktor akan bertambah. Harapannya, anggaran eksplorasi dinaikkan,” ucap Amien.
Sementara itu, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, eksplorasi masih menjadi kunci untuk penambahan produksi ataupun lifting migas di Indonesia. Selain itu, upaya pencegahan laju penurunan produksi tetap harus dilakukan sembari mengoptimalkan lapangan-lapangan yang mulai berproduksi.
”Soal belum tercapainya target lifting migas disebabkan usia sumur yang tua-tua sehingga secara alamiah produksinya terus menurun,” ucap Komaidi.
Sepanjang semester I-2018, realisasi lifting minyak sebanyak 771.000 barrel per hari atau lebih rendah dari target APBN 2018 yang sebanyak 800.000 barrel per hari. Adapun realisasi lifting gas bumi pada periode yang sama adalah 1,152 miliar barrel setara minyak per hari atau juga masih di bawah target yang ditetapkan sebanyak 1,2 miliar barrel setara minyak per hari.
Cadangan bertambah
Di satu sisi, kendati target lifting migas belum memenuhi harapan, cadangan migas Indonesia bertambah sekitar 580 juta barrel setara minyak. Hal itu didapat dari 26 rencana pengembangan lapangan (plan of development/POD) yang diajukan sejumlah kontraktor migas kepada SKK Migas. Penambahan itu membuat rasio penggantian cadangan (reserve replacement ratio/RRR) Indonesia naik menjadi 146 persen.
Angka RRR menunjukkan perbandingan antara produksi migas dan cadangan migas yang baru ditemukan. Sebagai contoh, besaran RRR 100 persen berarti setiap 1 barrel minyak yang diproduksi, pada saat yang sama ditemukan cadangan minyak yang baru sebesar 1 barrel.
Penerimaan negara sepanjang semester I-2018 tercatat sebanyak 8,47 miliar dollar AS atau setara Rp 121 triliun. Adapun target penerimaan negara tahun ini dalam APBN ditetapkan sebanyak 11,895 miliar dollar AS atau sekitar Rp 170 triliun. Pemerintah optimistis penerimaan tahun ini bisa mencapai 14,2 miliar dollar AS atau Rp 203 triliun.