JAKARTA, KOMPAS — Industri perdagangan secara elektronik atau e-dagang Indonesia menghadapi tantangan baru, yakni bagaimana menjaga pertumbuhan berkelanjutan. Peta Jalan Sistem E-dagang Nasional yang terangkum dalam Perpres No 74 Tahun 2017 perlu segera direalisasikan untuk mencapai tujuan itu.
Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) periode 2018-2020 Ignatius Untung, Senin (9/7/2018), di Jakarta, menilai, persaingan antarpelaku e-dagang semakin ketat. Aksi korporasi berupa merger ataupun akuisisi bermunculan dalam tiga tahun terakhir.
Sebagai ilustrasi, di level horizontal bisnis, laman pemasaran Elevenia kini dioperasikan oleh Salim Group. Sebelumnya, Elevenia dikembangkan oleh PT XL Planet, perusahaan patungan XL Axiata dan SK Planet Korea Selatan. Elevenia diluncurkan pada 1 Maret 2014.
Masih di level horizontal, perusahaan e-dagang asal Jepang, Rakuten, memutuskan menutup tokonya di Indonesia pada tahun 2016. Alasannya adalah menyerah pada ketatnya persaingan dagang.
Sementara di tingkat vertikal bisnis, mengutip CrunchBase.com, sepanjang tahun 2016-2017 PT Go-Jek Indonesia melakukan akuisisi terhadap delapan perusahaan rintisan bidang teknologi, antara lain Loket, MidTrans, dan Kartuku.
Contoh lain, Urban Indo milik SinarMas Group dikabarkan dibeli perusahaan dari Singapura. Contoh berikutnya adalah Alibaba yang menyuntikkan dana Rp 14 triliun kepada Tokopedia.
”Industri e-dagang akan terus bertumbuh dan tentunya ini membutuhkan modal serta kapasitas teknologi yang besar. Ketatnya persaingan segera memunculkan pemain unggulan. Hal yang harus dijaga adalah pertumbuhan berkelanjutan,” ujar Ignatius.
Menurut dia, Peta Jalan Sistem E-dagang Nasional berfungsi menjaga agar tidak terjadi off-side alias industri tetap berjalan dalam koridor pertumbuhan berkelanjutan dan ketentuan pemerintah. Ignatius mencontohkan substansi mengenai pentingnya perlindungan konsumen di setiap transaksi perdagangan. Bahkan, peta jalan menyarankan adanya peraturan mengenai hal itu.
”Berdasarkan info yang kami dapatkan, pembahasan peraturan ataupun kebijakan turunan dari Perpres No 74/2017 masih berlangsung. Kami rasa memang agak lambat. Apabila segera dituntaskan, peta jalan dapat menjadi acuan bagi industri,” tutur pria yang juga menjabat Country General Manager Rumah123.com itu.
Mengutip data Statista.com, pendapatan pasar e-dagang Indonesia diperkirakan mencapai 9,138 juta dollar AS pada tahun 2018. Segmen pasar terbesar berasal dari sektor produk fashion dengan volume nilai pasar 3,052 juta dollar AS. Penetrasi pengguna diproyeksikan mencapai 40 persen pada 2018 dan akan terus tumbuh hingga menjadi 48,3 persen pada 2022.