JAKARTA KOMPAS — Pembangunan Pelabuhan Patimban tahap I di Subang, Jawa Barat, dipastikan akan dimulai bulan ini. Seluruh dokumen perizinan, desain, dan pembebasan lahan disebut sudah selesai.
”Surat penetapan pemenang proyek sudah diserahkan Satuan Kerja Patimban kepada kontraktor pemenang proyek pada Mei 2018. Pembangunannya sudah harus mulai Juli ini,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Agus Purnomo di Jakarta, Minggu (8/7/2018).
Pemenang tender kontraktor pembangunan adalah konsorsium lima perusahaan, yakni Penta Ocean, Toa dan Rinkai dari Jepang, beserta BUMN karya, yakni PT Wijaya Karya dan PT PP Tbk. Menurut Agus, Patimban akan beroperasi tahun 2019 dengan kegiatan awal untuk ekspor produk otomotif nasional ke luar negeri. Operasi itu diharapkan mengefisienkan biaya ekspor.
Pelabuhan Patimban merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional. Pembangunannya dilaksanakan melalui pendanaan dari Official Development Assistance (ODA Loan) Pemerintah Jepang.
Selain mengurangi biaya logistik, pembangunannya diharapkan memperkuat ketahanan ekonomi, mengurangi tingkat kepadatan lalu lintas di Jakarta, dan menjamin keselamatan pelayaran.
Wakil Ketua Kadin Bidang Perhubungan Carmelita Hartoto menyambut baik segera dibangunnya pelabuhan tersebut. Dengan adanya pelabuhan di sekitar Jakarta, hal itu akan mengurangi beban Pelabuhan Tanjung Priok.
Namun, Carmelita berharap dalam pemilihan operatornya nanti pemerintah bisa menunjuk swasta. ”Jangan semuanya diserahkan kepada BUMN. Dengan swasta terjun ke pelabuhan, akan ada persaingan yang nantinya meningkatkan kualitas layanan tetapi dengan tarif yang lebih efisien,” katanya.
Carmelita berharap seluruh saham operator bisa dimiliki swasta, sedangkan BUMN fokus pada penugasan pemerintah.
Pengamat kemaritiman dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Saut Gurning, berpendapat, keberadaan Pelabuhan Patimban bisa mendorong potensi kargo nasional ke luar negeri melalui Patimban.
”Dalam banyak kasus, penguasaan manajemen pelabuhan oleh investor berpola investasi asing cenderung mengutamakan kepentingan korporasi dan bisnis pendana serta pengembang pelabuhan itu sendiri,” kata Saut.
Siapa pun operatornya, kata Saut, harus profesional melayani siapa pun, tak hanya ke kelompoknya sendiri. ”Yang penting adalah menjaga keseimbangan agar berkelanjutan,” ujarnya.
Pembangunan Pelabuhan Patimban dilaksanakan dalam tiga tahap, yakni direncanakan bisa melayani 3,5 juta peti kemas (TEUS) dan 600.000 kendaraan bermotor (CBU) pada tahap 1, naik jadi 5,5 juta TEUS pada tahap 2, dan naik lagi hingga 7,5 juta TEUS pada tahap 3.