JAKARTA, KOMPAS--Produsen otomotif masih mencoba optimistis di tengah kondisi perekonomian yang diliputi ketidakpastian. Para pelaku usaha di sektor otomotif tetap melihat prospek pertumbuhan hingga akhir tahun ini.
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohanes Nangoi dalam konferensi pers pelaksanaan Gaikindo Indonesia Auto Show 2018 (GIIAS) 2018 di Jakarta, Selasa (10/7/2018) mengakui, tantangan yang dihadapi industri otomotif saat ini tidak ringan. Akan tetapi, optimisme harus tetap dibangun. “Positif walau berat,” katanya.
Yohanes Nangoi menambahkan, berdasarkan data Gaikindo, penjualan kendaraan pada semester I-2018 sebanyak 555.000 unit. Jika kondisi ini berlanjut, maka penjualan pada akhir tahun ini diperkirakan 1,1-1,2 juta unit atau sama seperti tahun lalu.
Industri otomotif Indonesia, kata Yohanes, saat ini menghadapi sejumlah tantangan, di antaranya nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dollar AS. Tantangan lain adalah pasar ekspor otomotif Vietnam yang ditutup. Meski demikian, ekspor otomotif Indonesia diperkirakan tumbuh dua angka pada tahun ini.
“Mungkin sekitar 15-16 persen tahun ini meski Vietnam sudah tidak menjadi pasar mobil kita,” katanya.
Dalam pameran otomotif GIIAS di ICE BSD, Tangerang, Banten, pada 2-12 Agustus mendatang, akan diluncurkan 40 kendaraan baru. Delapan pabrikan sepeda motor juga akan mengenalkan produk mereka di pameran itu.
Rizwan Alamsjah, Ketua Penyelenggara GIIAS 2018 menyebutkan, kehadiran kendaraan terbaru dan kendaraan konsep mendorong pengunjung untuk memperbarui pengetahuan dan rencana kepemilikan kendaraan. “GIIAS sebagai ajang yang ditunggu untuk mencari informasi terbaru dari industri otomotif membuat perhelatan seperti ini sebagai kekuatan pendorong yang mempengaruhi masyarakat Indonesia,” kata dia.
Kendaraan listrik
Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Warih Andang Tjahjono berpendapat, edukasi bagi konsumen mengenai kendaraan bermotor listrik merupakan hal utama. Sebab, kemauan pasar tidak bisa didikte, termasuk oleh kebijakan pemerintah.
Namun, ia meyakini, kendaraan bermotor listrik pasti terealisasi. Untuk itu, diperlukan regulasi agar harga dan layanan pembelian tetap prima. Sementara, infrastruktur pendukung kendaraan bermotor listrik juga mesti disediakan.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian Harjanto mengatakan, pemerintah melihat pengembangan kendaraan bermotor listrik tidak hanya terkait penurunan emisi karbon, namun juga mengembangkan industri otomotif di Indonesia.