Bandara Kertajati Belum Jadi Embarkasi Utama Haji
Direktur Utama Garuda Indonesia, Pahala N Mansury
TANGERANG, KOMPAS--Bandara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat belum ditetapkan sebagai embarkasi utama haji tahun ini. Namun, bandara itu akan digunakan sebagai embarkasi antara bagi jemaah Jawa Barat ke embarkasi utama Soekarno Hatta.
"Bandara Kertajati belum siap digunakan karena belum ada fasilitas asrama haji di dekatnya. Selain itu, landasan Kertajati juga baru memiliki panjang 2.500 meter dan masih ada kendala lain," kata Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Kementerian Agama Ahda Barori saat persiapan operasional layanan haji 2018/1439H di Tangerang, Kamis (12/7/2018).
Menurut Ahda, untuk musim haji tahun ini, jumlah jemaah sebanyak 221.000 orang. Mereka akan diberangkatkan dari 12 embarkasi dan 5 embarkasi antara.
"Dari jumlah jemaah itu, sebanyak 17.000 adalah haji khusus, sedangkan yang 204.000 adalah haji reguler. Mereka akan dilayani Garuda Indonesia dan Saudi Arabian untuk penerbangannya," kata dia.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Pahala N Mansury mengatakan, kendati tidak menjadi embarkasi utama, Garuda tetap menggunakan Kertajati sebagai embarkasi antara.
"Sebagian jemaah yang berasal dari Jawa Barat akan diterbangkan dari Kertajati ke Cengkareng, lalu ke Jeddah," kata Pahala.
Pahala menambahkan, ada tiga pesawat yang akan digunakan untuk embarkasi antara di Kertajati, untuk 5 kloter.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Praminto Hadi Sukarno menjelaskan, landasan Kertajati mempunyai lebar 60 meter dan tingkat kekerasan landasan yang mencukupi.
"Namun, panjang landasan memang baru 2.500 meter dan tidak cukup panjang untuk tipe pesawat berbadan besar. Angkasa Pura II yang sekarang mengelola Kertajati berjanji akan memperpanjang landasan. Semoga musim haji berikutnya sudah bisa digunakan," kata Praminto.
Praminto menjelaskan, infrastruktur di 12 embarkasi utama dan 5 embarkasi antara sudah siap, baik dari segi layanan, keamanan, maupun keselamatan. "Petugas di menara kontrol juga sudah siap," kata dia.
Direktur Utama GMF Aero Asia Iwan Joeniarto menjamin kelaikan pesawat yang akan digunakan untuk angkutan haji.
"GMF menjamin 14 pesawat terbang yang digunakan Garuda Indonesia untuk penerbangan haji. Ada tiga tipe pesawat yang digunakan dalam penerbangan haji tahun ini, di antaranya 3 pesawat Boeing 747-400, 5 pesawat Boeing 777-300ER, dan 6 pesawat Airbus A330-300 dan A330-200," kata Iwan.
Garuda
Pahala menambahkan, tahun ini Garuda melayani 107.959 jemaah yang terbagi menjadi 278 kelompok terbang (kloter). Jemaah akan diterbangkan ke dua kota tujuan, yakni Jeddah dan Madinah, dari sembilan embarkasi, yaitu Banda Aceh, Medan, Padang, Jakarta, Solo, Balikpapan, Makassar, Lombok, dan Banjarmasin.
Penerbangan haji tahun ini terbagi menjadi 2 tahap, yaitu fase keberangkatan dan juga fase pemulangan. Fase keberangkatan akan dibagi menjadi 2 gelombang, di mana gelombang pertama akan berangkat ke Madinah pada 17 Juli 2018 hingga 29 Juli 2018, sedangkan gelombang kedua akan berangkat ke Jeddah pada 30 Juli 2018 hingga 15 Agustus 2018.
Fase pemulangan juga direncanakan akan terbagi menjadi 2 gelombang. Dimulai dari tanggal 26 Agustus 2018 hingga 7 September 2018, Jemaah haji Indonesia akan dipulangkan dari Bandara Jeddah. Adapun gelombang kedua akan dimulai dari tanggal 8 September 2018 dan berakhir pada tanggal 25 September 2018 dan akan terbang dari Bandara Madinah.
Ahda menambahkan, mengenai visa, sudah aman untuk 10 hari keberangkatan yang pertama. "Kantor visa haji memang baru dibuka dua minggu lalu dan sudah hampir 100.000 visa keluar. Kalau yang dimasukkan permohonannya sudah 167.000," kata Ahda.
Dia berjanji tidak akan ada masalah visa lagi seperti tahun lalu. "Tahun ini pengawasan akan lebih ketat, sehingga tidak ada lagi menyerobot maju ketika belum pegang visa," tegas Ahda.