TANGERANG, KOMPAS — Pertumbuhan koperasi di Indonesia cukup baik. Namun, perubahan zaman dan persaingan di era globalisasi sangat cepat. Koperasi-koperasi di Indonesia perlu berinovasi dan memanfaatkan teknologi serta terus berkembang.
Dalam pendataan Kementerian Koperasi, tercatat 152.714 koperasi yang benar-benar aktif saat ini. Jumlah ini berkurang dari tahun 2014 yang berjumlah 212.570 koperasi. Pengurangan ini disebabkan pembubaran koperasi yang sudah tidak aktif.
Kendati demikian, kontribusi koperasi pada produk domestik bruto (PDB) nasional terus meningkat. Pada 2014, kontribusi koperasi hanya 1,71 persen dan pada 2016 sebesar 3,99 persen. Tahun 2018, kontribusi koperasi pada PDB mencapai 4,48 persen.
Peningkatan ini dinilai Presiden Joko Widodo cukup baik. Namun, diharapkan tidak sekadar peningkatan, tetapi terjadi ”lompatan” dalam sistem ekonomi gotong royong yang dimiliki Indonesia.
Dalam sambutannya pada Peringatan Hari Koperasi Nasional Ke-71 di Tangerang, Banten, Kamis (12/7/2018), kepada pegiat koperasi, Presiden Joko Widodo mengingatkan tentang kemajuan teknologi, era globalisasi yang sangat terbuka, dan persaingan global yang dihadapi semua, termasuk koperasi. Untuk itu, Presiden berharap, koperasi di Indonesia meniru koperasi terbaik di dunia dan semakin maju.
”Saya ingin ada satu, dua, tiga, empat, lima koperasi kita yang masuk 100 besar atau 300 besar koperasi dunia,” ujar Presiden yang dalam acara tersebut didampingi Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution serta Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga.
Untuk itu, koperasi di Indonesia perlu belajar dari koperasi terbaik di dunia. Presiden memberi dua contoh, Fonterra dan Ocean Spray. Fonterra adalah koperasi yang dimiliki 10.500-an petani di Selandia Baru. Kini, Fonterra dengan berbagai produk susu dan turunan susu beromzet hampir 20 miliar dollar Selandia Baru per tahun. Fonterra pun mencakup 30 persen pangsa pasar produk susu dan turunan susu di dunia.
Sistem ekonomi gotong royong harus kita kembangkan terus.
Adapun Ocean Spray adalah koperasi yang mengembangkan buah cranberry. ”Dari awalnya hanya mengumpulkan buah dari petani dan menjualnya, lalu mengembangkan produk minuman jus cranberry, membuat kismis cranberry, sampai saus untuk eskrim. Sekarang produknya menyebar ke seluruh dunia dan omzetnya miliaran dollar AS atau puluhan triliun rupiah. Produk-produk seperti ini kita punya banyak sekali,” tutur Presiden.
Presiden juga mengakui bahwa ada koperasi di Indonesia yang sudah mulai maju. Dua di antaranya adalah Kospin Jasa Pekalongan yang sudah masuk bursa dan Koperasi Sidogiri yang memiliki omzet lebih dari Rp 16 triliun per tahun.
Namun, Indonesia tetap harus belajar dan meniru korporatisasi koperasi yang diterapkan di negara-negara lain. ”Tiru, modif sedikit, dan kita melompat. Kita juga ingin perusahaan terbesar di Indonesia adalah koperasi,” lanjut Presiden.
Mendorong korporatisasi dan memperbesar skala ekonomi dinilai penting. Sebab, hal ini mendorong efisiensi dalam produksi dan distribusi produk. Selain itu, koperasi perlu menjadi wadah penggerak inovasi, baik dalam variasi produk, pengemasan, maupun marketing.
Revitalisasi
Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia Nurdin Halid mengatakan, revitalisasi koperasi memang perlu dilakukan. Dalam peringatan Hari Koperasi pada tahun sebelumnya, Presiden juga mengingatkan supaya koperasi beradaptasi dengan perubahan dan fokus pada efisiensi.
Pemerintah, menurut Nurdin, perlu menciptakan ekosistem bagi pertumbuhan koperasi tanpa memanjakannya. ”Saya kira, kebijakan bunga KUR (kredit usaha rakyat) sebesar 7 persen dan penurunan Pajak Penghasilan final menjadi 0,5 persen sudah tepat,” ujarnya.
Ke depan, Nurdin mengatakan, koperasi dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya dengan menerapkan teknologi digital. Akan tetapi, fokus pada pengembangan, promosi, dan pemasaran produk unggulan koperasi tetap menjadi prioritas.
Terkait dengan kebijakan, Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Koperasi Suroto berpendapat, koperasi perlu mendapatkan perlakuan yang sama seperti pelaku usaha otonom. Dampaknya, koperasi dapat masuk ke sektor bisnis yang strategis.
Darmin menganggap, koperasi perlu berkembang seperti korporasi yang berbasis ekonomi kerakyatan. ”Landasan filosofis koperasi itu gotong royong. Harapannya, prinsip gotong royong ini turut memberikan sumbangsih pada negara,” katanya.