Menuntaskan Rindu Lewat E-Dagang
Kangen pecel semanggi ala Surabaya tapi tak sempat bepergian ke ibu kota Provinsi Jawa Timur itu? Cukup buka laman perdagangan elektronik. Pesan, bayar, lalu tunggu pecel semanggi datang. Rindu pun tuntas.
Industri digital merambah berbagai sektor dan kegiatan, tak terkecuali kegiatan pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Dagangan yang sebelumnya dijajakan secara konvensional, kini menggunakan cara digital yang lebih praktis, yakni masuk laman penjualan dalam jaringan.
Aminah, penjual pecel semanggi di Surabaya, sudah sibuk dengan gawainya sejak pagi. Bukan untuk berselancar mencari baju untuk dibeli, bukan juga pasang status baru di media sosial. Ia memantau barang dagangannya di Instagram dan laman penjualan Bukalapak. Kegiatan ini rutin dikerjakan Aminah sejak tiga tahun silam.
“Pagi ini ada pelanggan yang menghubungi saya melalui aplikasi pesan WhatsApp untuk memesan Semanggi Surabaya, minta dikirim secepatnya ke Jakarta,” kata Aminah, Jumat (6/7/2018), di Surabaya.
Penjualan secara daring menjadi salah satu langkah Aminah berinovasi. Tradisi berjualan dengan menggendong bakul berisi pecel semanggi ditinggalkannya sejak 2015. Kini, lebih dari 100 dus pecel semanggi dipesan konsumen secara daring setiap bulan. Pemesan tak hanya dari Surabaya, namun juga dari Jakarta, Bali, serta kota-kota di Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi.
”Saya baru saja membuka toko di Tokopedia setelah mendapatkan pelatihan dari Kementerian Perindustrian. Semakin banyak toko yang dibuka, semoga bisa menarik makin banyak pembeli,” ujar peraih penghargaan Best Culinary Bisnis di program Pahlawan Ekonomi tahun 2015 dari Pemerintah Kota Surabaya itu.
Berjualan pecel semanggi secara daring merupakan hal yang baru bagi Aminah. Selama dua generasi, pecel semanggi dijajakan orangtua dan nenek Aminah dengan berkeliling dari kampung ke kampung.
Setelah membuat pecel semanggi instan, Aminah mulai merambah pasar daring. “Sejak berjualan secara daring, saya tak lagi berjualan secara luar jaringan di rumah karena memang tidak memiliki gerai,” ujarnya.
Berlipat
Bagi Adi Rachman, pemilik Kebab Kebudd, berjualan secara daring juga membuat pemasaran produknya naik hingga 15 kali lipat. Meski tak memiliki gerai, konsumennya tersebar di 14 kota, antara lain Surabaya, Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Samarinda, dan Balikpapan.
”Dengan berjualan melalui media sosial, pengeluaran tidak terlalu besar. Namun, dampaknya sangat besar karena promosi dilakukan secara gratis dan bisa dilihat banyak orang dalam waktu bersamaan,” ujar Adi.
Menggunakan medsos sebagai sarana berjualan, tentu harus lebih mengikuti perkembangan zaman. Adi kini menggunakan Facebook dan Instagram untuk mempromosikan Kebab Kebudd. Ia tak hanya menggunakan medsos untuk berjualan dan menawarkan kebab buatannya, namun juga mengunggah kuis dan permainan berhadiah.
”Menggelar kuis adalah cara untuk berinteraksi dengan pelanggan. Keaktifan pelanggan mengikuti kuis juga bisa membantu memviralkan Kebab Kebudd,” ujar pemilik gelar juara ke-2 One in Twenty Movement 2014 serta pemenang Wirausaha Muda Mandiri 2015 itu.
Pelatihan
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, Pemkot Surabaya mendorong seluruh UKM memanfaatkan teknologi digital untuk memperluas pemasaran. Untuk itu, pelatihan melalui program Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda diberikan setiap minggu, yang salah satu materinya adalah Go-Digital.
Hingga kini, ada 9.149 UKM yang tergabung dalam program itu. Dari jumlah tersebut, ada 105 produk berstandar nasional, yang 99 produk di antaranya sudah dijual ke pasar internasional.
Fokus pemasaran pelaku UKM Pahlawan Ekonomi saat ini mengarah pada Go-Global, GoFinancial, dan Go-Digital. Artinya, produk UKM sudah dijual secara digital agar cepat laku dan semakin dikenal masyarakat.
“Selama ini kita sudah bekerja sama dengan Facebook dan Bukalapak untuk memasarkan produk Pahlawan Ekonomi. Selain itu ada Gapura Digital dari Google yang memberikan pelatihan kepada UKM di Co-Working Space Koridor tiap akhir pekan,” kata Risma.
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan, pemerintah berupaya meningkatkan kapasitas pelaku UKM melalui pelatihan di beberapa daerah. Pelatihan dalam program e-Smart UKM itu untuk mendorong pelaku UKM masuk ke penjualan daring.
Sejak dilaksanakan pada 2017, sudah ada 2.600 pelaku UKM yang difasilitasi bergabung dalam laman e-dagang. Ditargetkan, hingga 2018 ada 4.000 UKM yang menggunakan teknologi digital.
Kementerian Perindustrian menggandeng sejumlah pelaku e-dagang, yakni Bukalapak, Tokopedia, Shopee, Blibli, dan Blanja.com untuk mendampingi UKM. “Pada 2018 kami menambah dengan Go-Jek dan Google,” jelas Gati.
Berdasarkan kajian Google dan Temasek, potensi pasar e-dagang di Indonesia pada 2025 sebesar 46 miliar dollar AS. Jumlah itu 52 persen dari potensi pasar e-dagang di Asia Tenggara yang mencapai 88 miliar dollar AS.
Peluang ini direspons cepat dan tepat oleh UKM. Caranya, dengan memperluas akses pasar.