PALU, KOMPAS – Perdagangan daring atau e-dagang di wilayah tengah dan timur Indonesia cukup berkembang. Namun laju pertumbuhan itu masih lambat, karena tidak ditopang biaya logistik yang terjangkau. Biaya logistik di wilayah itu masih lebih mahal dari harga produk.
Berdasarkan data Bukalapak, e-dagang di Indonesia bagian tengah dan timur cukup berkembang. Jumlah pelapak di Komunitas Bukalapak wilayah Regional 3 (Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, Maluku, dan Papua) pada 2016 sebanyak 30 orang di 5 kabupaten/kota. Hingga pertengahan tahun ini, jumlahnya berkembang menjadi 500 pelapak di 20 kabupaten/kota.
Pertumbuhan jumlah pelapak bisa lebih tinggi jika biaya logistik tidak lebih mahal ketimbang harga produk. Biaya logistik yang tidak sepadan dengan harga produk itu menyebabkan pembeli enggan membeli.
Pebisnis daring rumah tangga Nirwana Food Susi Susanti, Sabtu (14/7/2018), di Kota Palu, Sulawesi Tengah, menyatakan, biaya kirim produk kerap kali lebih mahal ketimbang harga produk. Susi mencontohkan, bawang goreng khas Palu dalam kemasan 100 gram seharga Rp 35.000, sedangkan ongkos kirimnya ke sejumlah daerah di Maluku dan Papua berkisar Rp 85.000-Rp 110.000.
Sementara ini, biaya kirim ditanggung pembeli karena mereka benar-benar menginginkan barang tersebut. Pelapak tidak bisa menanggung biaya kirim karena bisa merugi.
"Kalau dimasukkan ke dalam komponen biaya produksi, harga produk menjadi lebih tinggi atau mahal. Inilah yang menjadi hambatan produk bawang merah saya dapat terjual dengan jumlah banyak," kata Susi yang rata-rata baru menjual 100-150 kemasan bawang merah per bulan melalui Bukalapak.
Community Manager Regional III Bukalapak Mega Tri Agustina mengemukakan, biaya logistik memang menjadi tantangan di wilayah tengah dan timur Indonesia. Di wilayah tersebut, ongkos kirim yang mahal tidak hanya antarprovinsi, tetapi juga antardaerah dalam satu provinsi.
Hal itu menyebabkan pebisnis daring di wilayah tersebut kalah bersaing dengan pebisnis daring di Jawa. Misalnya, pebisnis dari Palu dan Surabaya sama-sama menjual abon sapi, tetapi ongkos kirim abon sapi dari Palu lebih mahal dari Surabaya.
“Untuk mengatasinya, pembangunan infrastruktur memang menjadi solusi jangka panjang. Namun, untuk jangka pendeknya, pebisnis daring dan pengelola laman pemasaran berupaya mengatasi dengan berbagai promosi,” kata dia.
Mega menambahkan, promosi itu antara lain bisa dengan memberikan diskon ongkos kirim dan paket produk. Selain itu, pelapak juga dapat memiliki akun premium yang bisa mengakses pembeli potensial. Dari fitur itu, pelapak bisa memberikan promo-promo untuk menarik pembeli pontesial.
Pertumbuhan ekonomi
Pada 14-15 Juli 2018, Bukalapak bekerja sama dengan JNE menggelar program Belajar Ngelapak Bersama Komunitas (BKNB) di Palu. Kegiatan itu bertujuan melatih calon-calon pelapak mulai dari membuka lapak, mempromosikan atau mendeskripsikan produk, hingga pengiriman barang.
Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Koperasi, UMKM, dan Ketenagakerjaan Kota Palu Setyo Susanto mengemukakan, akses pemasaran produk daerah Palu memang masih terbatas. Untuk itu, pengembangan ekonomi digital sangat diperlukan, salah satunya dengan memasarkan secara daring.
Melalui pengembangan ekonomi digital, produk lokal bisa menjangkau pasar nasional bahkan internasional. Namun, upaya itu perlu dibarengi dengan perkuatan sumber daya manusia di sektor UMKM dan peningkatan kualitas produk.
"Perkuatan kualitas produk sangat diperlukan agar bisa diterima pasar. Peran kami adalah memperkuat produk-produk UMKM daerah agar lebih berdaya saing baik dengan produk-produk di Jawa maupun internasional," ujarnya.
Setyo berharap, setelah mendapat pasar para pelaku UMKM tidak hanya mengejar kuantitas produk. Mereka perlu juga menjaga kualitas produk. Peningkatan perdagangan daring juga ke depan dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
Mega menambahkan, e-dagang akan memeperluas akses pasar produk-produk khas daerah. Para pelaku UMKM menujual produknya secara mandiri dan daring. Di sisi lain, masyarakat yang tertarik berwirausaha dapat menjadi pebisnis daring. Mereka dapat mengambil dan kemudian memasarkan kembali produk-produk UMKM daerah.