JAKARTA, KOMPAS – Kendati pembayaran secara nontunai sudah digunakan sebagian masyarakat, namun pembayaran tunai masih jadi pilihan bagi masyarakat dalam bertransaksi. Hal itu disebabkan kebiasaan, kejelasan transaksi, dan pemahaman dalam penggunaan uang elektronik yang masih kurang.
Hal itu terpantau di pusat kuliner Lenggang Jakarta di kawasan Monumen Nasional, Jakarta Pusat. Di kawasan itu, pengelola menganjurkan pengunjung untuk membayar makanan dan minuman di kios kuliner dengan uang elektronik.
Ketua Operasional Lenggang Jakarta Safarudin mengatakan, selain untuk modernisasi, sistem itu bertujuan untuk mengurangi pungutan liar dan praktik korupsi dari oknum pedagang. Namun, sistem pembayaran nontunai belum berjalan secara maksimal.
Safarudin menambahkan, mayoritas pengunjung masih membayar makanan dan minuman secara tunai. "Masih banyak pengunjung yang terbiasa bayar tunai dan belum punya uang elektronik," katanya, Sabtu (14/7/2018).
Berdasarkan jajak pendapat Kompas pada 2017, hanya sekitar 2,8 persen responden memiliki uang elektronik. Sementara, sekitar 42,6 persen responden tidak memiliki alat pembayaran nontunai, 24 persen memiliki kartu debit, serta 12,4 persen memiliki kartu debit, kredit dan uang elektronik.
Nurhayati (25), pedagang di gerai Lenggang Jakarta, mengatakan, mayoritas pengunjung masih membayar makanan dan minuman menggunakan uang tunai.
“Pengunjung masih banyak yang bingung kalau pakai uang elektronik. Mereka biasanya tanya, apa bedanya bayar tunai sama nontunai, serta ada beberapa juga yang takut bayar pakai nontunai. Jadinya, mereka lebih sering bayar secara tunai,” ujar Nurhayati.
Pengunjung Lenggang Jakarta, Adinda (24), mengaku, pembayaran secara tunai belum bisa ditinggalkan. “Memang bayar nontunai lebih praktis, tetapi bayar dengan uang tunai lebih jelas karena uangnya terlihat,” katanya.
Jajak pendapat Kompas juga menunjukkan, 73,4 persen responden memilih bertransaksi dengan uang tunai dan 13,4 persen menggunakan kartu debit atau kartu kredit. sementara, sebanyak 11,2 persen mengaku tidak sering menggunakan keduanya dan 2,0 persen tidak tahu.
Di sisi lain, perkembangan pembayaran secara nontunai di Indonesia terus meningkat. Mengutip laman statista.com, Sabtu (14/7/2018), total transaksi dengan pembayaran nontunai atau digital di Indonesia pada 2018 diprediksi mencapai 21,493 juta dollar AS. meningkat sebesar 3,836 juta dollar AS pada 2017.
E-dagang menjadi segmen pasar terbesar untuk melakukan transaksi nontunai. Pada 2018, nilai transaksi e-dagang diprediksi menyentuh 21,475 juta dollar AS. Sementara pembayaran nontunai melalui point-of-sale sebesar 17,8 juta dollar AS.