Pengembangan Uang Elektronik Makin Gencar
JAKARTA, KOMPAS - Persaingan antarpemain teknologi finansial pembayaran semakin ketat. Mereka berkompetisi meningkatkan penetrasi pasar dengan cara masuk ke berbagai jenis transaksi kebutuhan sehari-hari.
Sebagai contoh adalah OVO, dompet digital yang dikembangkan di bawah Lippo Group. Presiden Direktur OVO Adrian Suherman, Kamis beberapa waktu lalu di Jakarta, mengatakan, OVO siap dikembangkan sebagai sistem pembayaran universal atau dompet elektronik yang bisa diterima lintas platform. Ambisi ini mulai agresif diwujudkan dengan cara menggandeng Bank Mandiri, Alfamart, Grab, dan Moka.
Bentuk kerja sama dengan Bank Mandiri yaitu sebanyak 300.000 mitra pedagang Bank Mandiri yang menggunakan pembayaran melalui perangkat Mandiri, sekarang, bisa menerima transaksi melalui aplikasi OVO. Kedua instansi berencana agar pelanggan juga dapat melakukan isi ulang OVO melalui jaringan ATM Bank Mandiri.
Kemitraan dengan Alfamart memungkinkan seluruh pengguna OVO melakukan isi ulang, membayar, dan tarik tunai di 14.000 gerai Alfamart di seluruh Indonesia. Sementara bagian kerja sama dengan Grab, pengguna OVO dapat melakukan isi ulang OVO melalui pengemudi Grab. Adapun dengan Moka (perusahaan rintisan bidang teknologi penyedia perangkat point-of-sale berbasis penyimpanan data komputasi awan), OVO dapat digunakan bertransaksi di lebih dari 10.000 mitra Moka.
Meski baru beroperasi setahun, Adrian mengklaim OVO sudah bisa diakses warga di 212 kabupaten/kota. Sistem OVO sudah terpasang di pusat perbelanjaan dan ritel baik di dalam maupun luar jaringan Lippo Group. Selain itu, OVO dapat dipakai membayar parkir, ongkos jasa transportasi, dan aneka jenis tagihan, seperti pembelian pulsa seluler.
Total pengguna berkisar 9,5 juta orang. Nilai pengeluaran setiap orang mencapai Rp 200.000 - Rp 300.000. Jenis transaksi yang banyak digunakan oleh pelanggan OVO adalah membayar ongkos layanan transportasi dan makanan.
"Kami memang sengaja membangun OVO sebagai dompet elektronik universal. Artinya, semua kebutuhan bisa dibayar menggunakan OVO," ujar Adrian.
Vice President Corporate Communication PT Go-Jek Indonesia (Go-Jek) Michael Say mengatakan, metode pembayaran transaksi nontunai melalui Go-Pay terus diperkenalkan kepada masyarakat. Salah satunya di ajang Go-Food Festival di Gelora Bung Karno Jakarta dan berlangsung sejak peringatan Hari Kuliner Nasional tanggal 5 Mei 2018 sampai setahun penuh.
Go-Food Festival menggunakan konsep pujasera. Para pengusaha UMKM makanan dapat menawarkan produk kulinernya. Uniknya, para pengusaha tidak perlu menyiapkan dana besar di muka untuk biaya sewa gerai dan jasa pelayan. Tim Go-Jek menyiapkan seluruh kebutuhan peralatan masak. Seluruh transaksi jual beli hanya menggunakan Go-Pay.
Go-Food Festival sejatinya sudah ada di 11 lokasi yang tersebar di Indonesia dengan jumlah total 400 pelaku UMKM kuliner yang berpartisipasi. Selain Gelora Bung Karno Jakarta, lokasi lainnya yaitu Cirebon Super Block Mall, EatOut Karebosi Link Makassar, dan Palembang Indah Mall.
Khusus di GO-FOOD Festival Gelora Bung Karno, Michael mengatakan, Go-Jek mengajak puluhan pedagang dari 14 kota di Indonesia. Setiap harinya pengunjung Go-Food Festival dapat mencapai lebih dari 30.000 orang di seluruh lokasi. Sayangnya, dia enggan menyebutkan nilai transaksi yang berhasil dibukukan.
"Selain Go-Food dan ekosistem produk di platform Go-Jek, Go-Pay dapat dipakai membayar aneka transaksi sehari-hari. Sebagai contoh, membayar isi bahan bakar di Pertamina dan zakat di Baznas," imbuh Michael.
Mengutamakan edukasi
Pemain uang elektronik lain, yaitu PayPro, juga tidak ketinggalan mengembangkan ekosistemnya. Saat ini, PayPro dapat dipakai membayar transaksi makanan dan minuman, fasilitas tempat hiburan, sampai ongkos naik bajaj. PayPro juga sudah mempunyai fitur kode pembaca cepat (QR Code).
Adelheid Helena Bokau, Direktur Digi Asia Bios (pengelola uang elektronik merek PayPro), menyebutkan, saat ini, jumlah pengguna mencapai sekitar 7,5 juga orang. Nilai transaksi yang berhasil dibukukan setiap bulannya sekitar Rp 180 miliar.
"Beberapa waktu lalu kami telah meluncurkan PayPro untuk warga di Bandung. Kami menargetkan hingga akhir tahun 2018 PayPro dapat digunakan di beberapa kota besar di Indonesia," kata Adelheid.
Menurutnya, tantangan terbesar meningkatkan penetrasi pasar adalah pola pikir masyarakat yang masih senang bertransaksi tunai. Oleh sebab itu, PayPro sampai sekarang mengedepankan edukasi disamping upaya ekspansi bisnis.
Lintas operator
Pemain uang elektronik berlatar belakang industri telekomunikasi seluler sudah muncul lebih lama. Hanya saja, dalam perkembangannya, sistem yang mereka kembangkan bersifat tertutup alias hanya bisa dipakai di ekosistem pelanggan layanan selulernya sendiri.
CEO Telkomsel Cash (TCash) Danu Wicaksana mengatakan, pihaknya berencana membuka sistem aplikasi TCASH Wallet untuk pelanggan lintas operator telekomunikasi agar kemudahan bertransaksi dapat dinikmati lebih masif. Dia tidak menyebut waktu pengumuman pembukaan sistem.
Saat ini, TCash bisa dipakai bertransaksi melalui dua skema. Skema pertama menggunakan saluran milik TCash sendiri, baik melalui Snap QR Code di aplikasi TCash Wallet, TCash Tap, maupun kode akses *800#. Skema kedua yaitu TCash sebagai sumber pendanaan dalam aplikasi lain, seperti untuk layanan transportasi in-app.
Danu menceritakan, TCash pertama kali diperkenalkan pada tahun 2007. Meskipun demikian, TCASH baru dikembangkan lebih luas lagi pada tahun 2015 melalui peluncuran sticker NFC TCash Tap.
Dalam perjalanannya, dia mengklaim perusahaan konsisten berinovasi dan memperluas pemakaian Tcash untuk segala jenis transaksi. Misalnya, TCash hadir dalam fitur Snap QR Code, donasi digital transportasi untuk kereta bandar Railink, BRT Semarang, taksi BlueBird, pembelian BBM di Pertamina.
"TCash kini sudah dapat digunakan oleh lebih dari 20 juta pelanggan di Indonesia, yang sebagian besar merupakan pengguna Telkomsel," tutur Danu.
Morgan Stanley dalam laporan Disruption Decode, Indonesia: Digital Disruption (April 2018) menyebutkan, penetrasi uang elektronik akan mencapai 24 persen dari total transaksi pada tahun 2027 atau naik dari sekitar 2 persen pada tahun 2017.