JAKARTA, KOMPAS — Literasi produk keuangan masih menjadi kendala pemasaran asuransi syariah di masyarakat. Untuk meningkatkan literasi, unit usaha syariah Asuransi Allianz Life Indonesia mengadakan seminar akbar tahunan bagi generasi milenial yang cenderung mandiri dan melek digital.
Founder and Chairman of Allianz Syariah (Alisya) Circle Shanty Aprianti mengatakan, belum banyak masyarakat yang mengenal produk dan layanan keuangan syariah. Sejauh ini, pemahaman masyarakat terkait keuangan syariah hanya terfokus pada masalah riba atau bunga.
”Kebanyakan orang hanya paham keuangan syariah itu tidak boleh riba, yang artinya tidak boleh untung. Tetapi, prinsip keuangan syariah tidak terbatas pada itu. Riba pada produk keuangan konvensional itu kalau ada satu pihak yang dirugikan. Sementara dalam produk syariah, ada prinsip keadilan yang membuat semuanya untung,” papar Shanty di Jakarta, Rabu (18/7/2018).
Perwakilan Syariah Allianz Life Indonesia, Srikandi Utami, menambahkan, masih banyak masyarakat yang melihat produk keuangan syariah bersifat eksklusif.
”Asuransi syariah itu universal dan memiliki prinsip mulia, yaitu tolong-menolong. Juga, tidak ada riba yang memberatkan sebelah pihak, spekulasi, dan ketidakpastian,” lanjutnya.
Asuransi syariah itu universal dan memiliki prinsip mulia, yaitu tolong-menolong. Juga, tidak ada riba yang memberatkan sebelah pihak, spekulasi, dan ketidakpastian.
Survei Otoritas Jasa Keuangan 2016 menunjukkan, tingkat literasi atau pemahaman masyarakat terkait industri jasa keuangan syariah hanya 8,1 persen per 100 penduduk. Sementara indeks inklusi atau pemanfaatan produk keuangan syariah hanya 11,1 persen per 100 penduduk.
Demi mendukung peningkatan literasi dan indeks inklusi produk keuangan syariah, Allianz Life Syariah rutin mengadakan sosialisasi tahunan sejak 2016. Seminar ini diharapkan tidak hanya meningkatkan literasi produk asuransi syariah, tetapi juga melahirkan peluang bisnis mandiri melalui asuransi syariah, yang telah tersedia 12 tahun terakhir. Upaya ini kini lebih menyasar generasi milenial, yaitu mereka yang lahir pada tahun 1980-1994.
”Generasi milenial itu enggak mau ribet dan senang hidup mandiri, termasuk dalam berbisnis,” ujar Shanty.
Peluang menjadi mitra bisnis yang ditawarkan Allianz Life Syariah, menurut dia, cocok untuk kaum milenial karena mampu menciptakan pendapatan otomatis, tidak perlu modal, serta terbantu dengan layanan digital yang sudah tersedia.
Digital
Head of Corporate Communications Allianz Life Indonesia Adrian DW menjelaskan, layanan berbasis digital sudah dikembangkan Allianz Life Indonesia, baik di unit bisnis asuransi konvensional maupun syariah, sejak 2016.
”Digitalisasi ini perlu. Tetapi, kami melihat bahwa kebutuhan digitalisasi bagi nasabah kami lebih penting untuk riset daripada sekadar pembelian,” kata Adrian kepada Kompas.
Inovasi tersebut dibuat untuk memudahkan proses pengajuan asuransi oleh mitra bisnis atau agen hingga klaim asuransi oleh nasabah yang biasanya membutuhkan waktu berhari-hari dengan cara manual. Contoh lain pemanfaatan layanan digital adalah memudahkan nasabah mengecek polis asuransi.
Meski demikian, masyarakat Indonesia belum bisa bergantung sepenuhnya pada layanan digital. ”Kebanyakan orang masih suka interaksi tatap muka untuk mendapatkan kepastian atau penjelasan, terutama terkait produk asuransi. Untuk itu, kehadiran agen masih sangat dibutuhkan,” ujarnya. (ERIKA KURNIA)