SORONG, KOMPAS--Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mendorong penguatan pemberdayaan perempuan melalui sektor usaha rumahan untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan perempuan. Sektor usaha mikro, kecil, dan menengah itu terutama yang belum tersentuh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.
Yohana Yambise, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak PPPA dalam pembukaan Diplomatic Tour 2018 bertema Pameran Pemberdayaan Perempuan di Tanah Papua di Sorong, Papua Barat, Kamis (19/7/2018), menjelaskan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dilihat dari aspek pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Dari penilaian ketiga aspek itu, IPM Papua Barat dan Papua merupakan yang terendah di Indonesia.
Titi Eko Rahayu, Kepala Biro Perencanaan dan Data Kementrian PPPA menjelaskan, penguatan itu dilakukan melalui pemodelan. Upaya pemodelan dilakukan sejak 2016 di industri rumahan. Untuk seluruh Indonesia, program pemodelan melalui industri rumahan sudah dilakukan terhadap 1.620 orang perempuan di 20 kabupaten/kota.
Di Papua Barat, kota yang disentuh di antaranya Sorong dan Manokwari. "Untuk membantu pengembangan usaha rumahan, ada alokasi anggaran melalui Deputi Menteri PPPA bidang Kesetaraan Gender, khususnya di bagian ekonomi. Ada dana yang dialokasikan untuk penguatan perempuan itu," ujar Titi.
Agustina Erni, Deputi Menteri PPPA bidang Partisipasi Masyarakat Kementerian PPPA menjelaskan, untuk Papua, para perempuan Papua memiliki andil besar dalam roda perekonomian daerah. Mereka memberi andil dalam pengembangan usaha kecil dan mikro, di antaranya dengan membuat kerajinan tangan khas Papua, seperti noken, lukisan kulit kayu, dan anyaman khas Papua.
Dalam evaluasi, melalui pemodelan pemberdayaan perempuan di industri rumahan, yang sudah dirasakan adalah tambahan pendapatan. Seperti yang dijelaskan Mega Isir, pimpinan sanggar Metemorai di Sorong, perempuan yang mengikuti kelompok atau sanggar kerja dalam program pemberdayaan memperoleh tambahan pendapatan.
Pameran
Dalam acara diplomatic tour kedua tahun ini, para perempuan Papua dan Papua Barat yang tergabung dalam kelompok pemberdayaan dimunculkan melalui pameran. Mereka menampilkan produk kerajinan tangan, tenun, hingga produk makanan kering.
Dikatakan Yohana, kegiatan Diplomatic Tour tahun ini merupakan kegiatan kedua. Yang pertama digelar di Aceh pada 2016.
Kegiatan kedua di Papua Barat ini bertujuan untuk menginformasikan capaian kemajuan pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di wilayah timur Indonesia. Selain itu juga, komitmen dan keseriusan Pemerintah dan masyarakat Papua Barat, dalam memajukan perempuan dan anak dalam segala bidang pembangunan kepada masyarakat internasional.
Dengan juga mengundang 37 orang diplomat atau perwakilan negara-negara sahabat, serta organisasi internasional ke Sorong, lanjut Yohana, ada harapan yang ingin dicapai. "Para peserta yang hadir yang merupakan representasi masyarakat internasional, akan memperoleh gambaran utuh mengenai Papua. Khususnya terkait capaian kinerja pemerintah dan masyarakat Papua dalam pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak,” kata Yohana.