JAKARTA, KOMPAS--Kesulitan mengakses pasar menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi pelaku usaha ekonomi kreatif skala mikro, kecil, dan menengah Indonesia. Jika persoalan itu tidak segera ditangani, jangkauan produk mereka akan terbatas di pasar lokal.
Sejauh ini sudah banyak kementerian atau lembaga dan swasta berpartisipasi memfasilitasi akses pasar bagi produsen berskala usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, di sela-sela pembukaan Karya Kreatif Indonesia 2018, Jumat (20/7/2018), di Jakarta, menceritakan, 46 kantor BI di daerah mendampingi sekitar 800-an UMKM produsen ekonomi kreatif. BI bekerja sama dengan sejumlah pihak.
Ada tiga pendekatan yang dilakukan BI. Pertama, UMKM langsung memasarkan produknya kepada pembeli luar negeri. Kedua, BI menghubungkan UMKM dengan pelaku usaha lebih besar, yaitu eksportir. Ketiga, BI menyambungkan UMKM dengan desainer yang telah memiliki pasar internasional.
BI mengklaim tiga pendekatan itu membantu UMKM menjangkau segmen pasar baru di pasar global. Sekitar 200-250 UMKM binaan BI berhasil menjual barang ke luar negeri.
Produk ekonomi kreatif Indonesia, kata Perry, memiliki potensi pasar. Ia mencontohkan, kain tradisional yang kaya kekhasan budaya, sudah banyak dilirik masayarakat di luar negeri.
Untuk meningkatkan nilai tambah pasar internasional terhadap kain itu, BI mempertemukan pengrajin dengan desainer, antara lain Deden Siswanto, Noni Respati, dan Wignyo Rahardi.
Karya Kreatif Indonesia merupakan pameran sekaligus upaya membuka akses pasar produk UMKM binaan BI. Kegiatan tahunan itu pada 2016 membukukan omzet senilai Rp 2,68 miliar. Pada 2017, omzetnya Rp 4,5 miliar.
Dalam pidato sambutannya, Ny Iriana Joko Widodo menyebutkan, UMKM adalah salah satu penggerak perekonomian nasional. UMKM Indonesia turut menjadi tulang punggung ekonomi. Iriana berharap, pelaku UMKM Indonesia terus maju, selalu memahami selera pasar, dan berani mencoba berbagai metode pemasaran, termasuk perdagangan elektronik.
Iriana mengundang pengusaha UMKM, termasuk binaan BI, untuk berbincang di panggung. Dia menggali perkembangan usaha, penciptaan produk, perluasan pasar, hingga permasalahan yang dihadapi.
Pengrajin kain tapis Lampung bernama Nurbaiti -yang diajak berbincang oleh Iriana- mengaku masih mengemas produknya menggunakan kotak sederhana. Iriana langsung meminta Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf yang hadir di acara agar membantu pengemasan produk.
Nurbaiti mengatakan, sudah dua tahun menjadi binaan BI. Semula, dia hanya pengrajin upahan, namun kini menjadi pengusaha kain tapis Lampung. Nurabiti juga dipertemukan dengan desainer Wignyo Rahardi, yang mengolah kain tapis Lampung menjadi pakaian.
Berdasarkan data Badan Ekonomi Kreatif, sumbangan ekonomi kreatif terhadap produk domestik bruto Indonesia pada 2016 sebesar Rp 922,59 triliun. Adapun nilai ekspornya pada 2016 sebesar 19,99 miliar dollar AS. (MED/E02)