JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Perindustrian mendorong peningkatan konsumsi semen di pasar domestik. Hal itu karena Indonesia mengalami kelebihan produksi semen nasional.
Penyerapan konsumsi semen antara lain dipacu melalui beberapa peluang proyek yang sedang berjalan, terutama proyek-proyek yang dicanangkan pemerintah. Misalnya, program pembangunan sektor infrastruktur, properti, dan manufaktur.
Saat ini, pasar semen domestik mengalami kelebihan pasokan. Menurut proyeksi pemerintah, kapasitas produksi industri semen di dalam negeri mencapai 100 juta ton. Sementara konsumsinya 60-68 juta ton.
Kondisi tersebut disebabkan karena, ketika ada peningkatan permintaan semen, produsen semen berlomba-lomba membuat pabrik dan investasi. Hal itu menyebabkan kapasitas produksi semen nasional mengalami kelebihan
”Untuk itu, kami berkoordinasi dengan kementerian terkait, seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta instansi lainnya, sehingga utilisasi industri semen nasional dapat ditingkatkan,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, di Jakarta, melalui keterangan tertulis, Minggu (22/7/2018) petang.
Langkah lainnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bakal mengarahkan industri-industri di dalam negeri yang menggunakan bahan baku arang atau kerak besi untuk dapat menyerap produksi lokal. Upaya ini guna mengurangi impor produk serupa.
Selanjutnya, mekanisme yang bisa dilakukan pemerintah adalah dengan menerapkan bea masuk antidumping. Mekanisme itu dilakukan apabila ada impor semen yang meningkat dan harganya lebih murah dari harga semen domestik.
”Kami juga mendorong diversifikasi produk barang-barang dari semen serta penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) semen secara wajib,” ucapnya.
Dengan kondisi tersebut, Airlangga menambahkan, pemerintah juga akan mendorong industri semen di dalam negeri untuk mengambil peluang pasar ekspor.
”Meskipun kalau ekspor itu keuntungannya akan lebih rendah, tetapi akan kami dorong. Seperti kita ketahui, sekarang di Vietnam posisinya juga sama, kelebihan produksi, karena Indonesia punya pabrik di Vietnam,” ujarnya.