JAKARTA, KOMPAS--Pelaku ritel menilai 2018 sebagai momentum untuk memuncak kembali. Optimisme itu timbul dari pertumbuhan belanja pada Ramadhan-Lebaran 2018.
Survei penjualan eceran yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan, penjualan eceran pada Mei 2018 tumbuh 8,3 persen secara tahunan. Meski demikian, angka sementara pertumbuhan penjualan eceran pada Juni justru lebih rendah dari Mei, yakni 6,8 persen dalam setahun.
Menurut data Himpunan Pusat Belanja Indonesia (Hippindo), rata-rata pertumbuhan belanja pada Ramadhan-Lebaran 2018 mencapai 20 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
“Angka ini menunjukkan pemulihan pada ritel,” kata Ketua Umum Hippindo, Budihardjo Iduansjah, saat dihubungi, akhir pekan lalu.
Kinerja semua lini belanja naik, dengan kontribusi tertinggi dari sektor busana, yakni sekitar 30 persen.
Pertumbuhan itu dirasakan di setiap segmen dan daerah. Salah satunya PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk yang tumbuh 5,2 persen pada Mei-Juni 2018 dibanding dengan periode yang sama tahun lalu.
Melalui siaran persnya, Sekretaris Perusahaan Ramayana Lestari Sentosa, Setyadi Surya, menjelaskan, penjualan pada Januari-Juni 2018 tumbuh 3,9 persen. Kontribusi terbesar dari produk busana. Peningkatan penjualan ini juga diikuti pertumbuhan margin 3 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2017.
Kepala Pemasaran dan Promosi Ramayana Lestari Sentosa, Ainu Rofik, mengatakan, realisasi penjualan Mei 2018 telah mencapai 110 persen dari target. Promosi gencar dilakukan melalui media sosial untuk kota-kota besar dan spanduk untuk kota-kota kecil. Kini, ada 119 gerai Ramayana di 63 kota di Indonesia.
Momentum pemulihan ritel juga dirasakan PT Mitra Adi Perkasa Tbk sejak awal 2018.
“Kami melihat penundaan belanja dalam 2-3 tahun terakhir. Namun, kini konsumen belanja kembali untuk memperbarui kebutuhan sandangnya,” tutur Sekretaris Perusahaan Mitra Adi Perkasa (MAP) Fetty Kwartati.
Kendati belum bisa menyebutkan angka, Fetty optimistis pertumbuhan penjualan pada triwulan II-2018 lebih baik dibandingkan dengan triwulan I yang berkisar 20 persen. Optimisme itu muncul dari belanja Ramadhan-Lebaran 2018.
Sektor olah raga dan sandang secara umum memberikan kontribusi tertinggi pada pertumbuhan belanja MAP. “Pertumbuhan ini didorong tren gaya hidup sehat,” tambah Fetty.
Sektor barang konsumen yang bergerak cepat atau fast moving consumer goods juga tumbuh pada periode Ramadhan-Lebaran 2018. Kepala Komunikasi Perusahaan PT Matahari Putra Prima Tbk Fernando Repi mengatakan, penjualan Hypermart pada periode tersebut meningkat 25-30 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2017.
Pertumbuhan itu didominasi belanja makanan dan minuman serta sembilan bahan pokok.
Menurut Repi, peningkatan terjadi karena libur bersama Lebaran selama 10 hari serta kebijakan gaji ke-13 dan tunjangan hari raya untuk PNS dan pensiunan PNS. “Libur yang lebih panjang mendongkrak volume transaksi,” ujarnya.
Melihat angka pertumbuhan ini, Budihardjo optimistis penjualan di sektor ritel pada 2018 dapat meningkat 10-20 persen dibandingkan dengan 2017. Dia berharap, sektor ritel dapat menjadi kontributor kedua dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Selain itu, pertumbuhan sektor ritel akan mengerak unsur perdagangan, termasuk produksi di daerah-daerah kecil yang terlibat dalam rantai pasok.
Adaptasi
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia Stefanus Ridwan mengatakan, pertumbuhan belanja didorong kemampuan pusat perbelanjaan beradaptasi. Penyesuaian itu terkait penggunaan teknologi digital untuk menarik konsumen datang ke toko fisik.
Di pusat perbelanjaan yang mampu beradaptasi, Ridwan memperkirakan, pengunjungnya mencapai 65.000-70.000 orang per hari. Bahkan, bisa menembus 120.000 orang per hari. Sementara, di pusat perbelanjaan yang belum beradaptasi, pengunjungnya hanya 15.000-30.000 orang per hari.