Bukit Asam Berkomitmen Kembangkan Gasifikasi Batubara
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Bukit Asam Tbk berkomitmen terus mengembangkan gasifikasi batubara kendati belum ada contoh proyek sejenis yang terbukti ekonomis secara komersial di Indonesia. Proyek gasifikasi itu ditargetkan beroperasi secara komersial pada 2022. Belum optimalnya gasifikasi batubara di Indonesia lantaran pengusaha lebih memilih menggali dan menjual batubara untuk mendapat dana dalam waktu singkat.
Bukit Asam sudah menandatangani nota kesepakatan terkait rencana pengembangan gasifikasi batubara dengan PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk pada Desember 2017. Keempat perusahaan itu bersepakat mendirikan unit pengolahan batubara menjadi gas (gasifikasi batubara) di kawasan tambang batubara Bukit Asam yang terletak di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.
”Kami tidak yakin proyek ini tidak ekonomis di masa depan. Kalau belum ada perusahaan batubara yang melirik gasifikasi, itu lantaran mereka tak mau pusing, cukup gali (batubara) dan jual. Investasinya (gasifikasi batubara) memang besar, bisa miliaran dollar AS (puluhan triliun rupiah),” kata Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin, Senin (23/7/2018), di Jakarta, dalam paparan kinerja perusahaan semester I-2018.
Di sejumlah negara, kata Arviyan, proyek gasifikasi batubara berjalan dengan baik. Batubara diolah menjadi gas untuk elpiji, industri pupuk, ataupun produk petrokimia lainnya. Oleh karena itu, dirinya cukup optimistis gasifikasi batubara punya prospek yang bagus di masa mendatang.
”Kan, bisa dari (batubara) kalori rendah. Lalu ditingkatkan nilai tambahnya menjadi elpiji dan sebagainya. Dari hitungan kasar kami, rencana ini sangat ekonomis dikembangkan,” ujar Arviyan.
Indonesia terganjal penguasaan teknologi untuk pengembangan gasifikasi batubara.
Proyek gasifikasi Bukit Asam akan mengubah batubara menjadi bahan baku urea berkapasitas 500.000 ton per tahun, dimetil eter sebanyak 400.000 ton per tahun, dan polypropylene sebanyak 450.000 ton per tahun. Proyek yang tengah ditekuni tersebut sedang dalam tahap studi kelayakan pembiayaan dan proses pembebasan lahan di kawasan industri berbasis batubara.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Bambang Gatot Ariyono mengatakan, Indonesia terganjal pada penguasaan teknologi untuk pengembangan gasifikasi batubara. Pihaknya pernah melakukan studi banding di China mengenai proyek gasifikasi batubara di negara itu. Di China, katanya, gasifikasi batubara sudah berhasil dikembangkan menjadi avtur.
Sementara itu, Ketua Indonesian Mining Institute Irwandy Arif mengatakan, perlu pembuktian bahwa pengembangan gasifikasi batubara di Indonesia benar-benar terbukti secara ekonomis untuk diwujudkan. Beberapa proyek gasifikasi yang sudah dijalankan di dalam negeri adalah proyek percontohan dan belum sampai tahap pada proyek komersial yang ekonomis.
”Jadi, ada peluang untuk peningkatan nilai tambah batubara di Indonesia kendati proyek tersebut masih di tahap percontohan. Harapannya proyek tersebut mampu mencapai tahap terbukti secara ekonomis dan komersial,” ujar Irwandy.
Laba melonjak
Dalam paparan kinerja semester I, Bukit Asam berhasil mencetak laba bersih Rp 2,58 triliun. Capaian tersebut melonjak drastis dibandingkan laba bersih semester I-2017 sebesar Rp 1,72 triliun. Tingginya harga batubara sepanjang tahun ini berkontribusi besar terhadap lonjakan perolehan laba perusahaan.
Batubara yang dijual Bukit Asam sepanjang semester I-2018 sebanyak 12,22 juta ton atau lebih tinggi dibandingkan periode serupa tahun lalu yang sebanyak 11,36 juta ton. Adapun produksi batubara tahun ini direncanakan 25,54 juta ton atau meningkat dari realisasi tahun lalu sebanyak 24,25 juta ton. Pasokan batubara Bukit Asam ke dalam negeri mencapai 51 persen dari total produksi. Realisasi itu melampaui aturan yang ditetapkan pemerintah sebesar minimum 25 persen dari total produksi.
Bukit Asam juga terlibat dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mulut tambang di Muara Enim dengan kapasitas 2 x 620 megawatt. Proyek ini bagian dari program pembangkit listrik 35.000 megawatt. Bukit Asam menggandeng China Huadian Hong Kong Company Ltd untuk mendirikan perusahana patungan PT Huadian Bukit Asam Power. Proyek senilai Rp 24 triliun tersebut ditargetkan beroperasi pada 2022.