Dorong Pariwisata Melalui Penerbangan Berbiaya Murah
Oleh
Maria Clara Wresti
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Layanan penerbangan berbiaya murah dinilai perlu terus dikembangkan untuk mendongkrak angka kunjungan wisata. Upaya ini antara lain akan dilakukan di Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta dan beberapa bandara yang berada di wilayah destinasi pariwisata.
"Target wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta tahun 2019 sepertinya akan sulit tercapai. Oleh karena itu, perlu langkah yang tidak biasa, pengembangan layanan penerbangan berbiaya murah juga harus dilakukan," kata Menteri Pariwisata, Arief Yahya di Jakarta, Selasa (24/7/2018).
Arief mencontohkan, pariwisata di Jepang berkembang pesat melalui pengembangan penerbangan berbiaya murah. Target kenaikan 100 persen bisa dicapai dalam waktu dua tahun. "Maskapai berbiaya murah sudah banyak di dunia dan mereka belum mau masuk ke Indonesia karena belum ada terminal berbiaya murah. Oleh karena itu, terminal berbiaya murah harus dikembangkan," kata Arief.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin mengatakan, pihaknya telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 1,9 triliun untuk Terminal 1 dan Rp 1,8 triliun untuk Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta. "Sebenarnya Terminal 1 itu sudah didedikasikan untuk terminal berbiaya murah domestik. Namun, sepertinya tidak akan cukup, jadi Terminal 2 juga akan didedikasikan untuk terminal berbiaya murah, tetapi untuk domestik dan internasional," kata Awaluddin.
Awaluddin menyebutkan, anggaran revitalisasi, yang antara lain berorientasi menjadi LCCT (low cost carrier terminal) itu, dialokasikan Rp 1,9 miliar untuk Terminal 1. Sisanya Rp 1,8 miliar untuk Terminal 2, sehingga totalnya Rp 3,7 triliun.
AP II juga sedang mengembangkan Bandara Banyuwangi. Sesuai arahan Menteri BUMN Rini Soemarno, Bandara Banyuwangi, Bali, serta Lombok akan menjadi "Tourism Triangle" untuk me-sinergikan pariwisata di ketiga daerah tersebut. Dalam rangka mendukung program tersebut Bandara Banyuwangi akan dikembangkan menjadi Low Cost Carrier Airport (LCCA).
"Kami menyiapkan total investasi tidak kurang dari Rp 300 milyar untuk pengembangan Bandara Banyuwangi. Sekaligus juga untuk menyambut Rapat Tahunan IMF-Bank Dunia," kata Awaluddin.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Agus Santoso mengatakan, Kementerian Perhubungan mendukung penuh adanya terminal atau bandara berbiaya murah. "Terminal berbiaya murah memang tidak akan mempunyai fasilitas yang selengkap terminal yang full service. Namun, kami akan pastikan terminal itu tetap mengedepankan keselamatan dan keamanan," kata Agus.
Karena tidak memiliki fasilitas untuk kenyamanan yang lengkap, maka biaya retribusinya juga akan murah. Jika biaya retribusi murah, maka harga tiket pesawat juga murah dan terjangkau oleh penumpang. Dengan biaya tiket yang murah, wisatawan akan tertarik untuk datang ke Indonesia.
Saat ini pertumbuhan penumpang internasional setiap tahunnya rata-rata 13 persen per tahun. Dari angka tersebut, pertumbuhan penumpang yang menggunakan layanan Full Service Carriers (FSC) sekitar 7 persen. Sedangkan Low Cost Carriers tumbuh 55 persen per tahun.
Agus mengatakan, walaupun tarif retribusi ke penumpang lebih murah, namun karena jumlah penumpang akan meningkat pesat, maka pemasukan dari retribusi ini juga akan besar.