Daya Saing Industri Galangan Kapal Nasional Masih Rendah
Oleh
M Fajar Marta
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Industri galangan kapal nasional masih memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap proyek-proyek pemerintah. Hal ini disebabkan masih rendahnya daya saing industri galangan kapal nasional sehingga sulit mendapatkan pesanan kapal dari pihak di luar pemerintah.
Ketua Bidang Industri Kapal Ikatan Perusahaan Industri Galangan Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) Sophan Sophian mengatakan, hampir seratus persen permintaan pembangunan kapal baru di galangan kapal anggota Iperindo berasal dari pemerintah.
“Industri pelayaran dalam negeri enggan membangun atau memperbaiki kapal di galangan dalam negeri sebab harganya belum bisa bersaing,” kata Sophan, di sela-sela Pameran Inamarine 2018 di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (25/7/2018).
Rendahnya daya saing, kata Sophan, disebabkan industri galangan kapal nasional masih belum bisa mencapai harga keekonomian. Industri galangan kapal masih tergantung dengan komponen impor yang mencapai 45-65 persen. Di samping itu, dari segi sumber daya manusia, teknologi, dan permodalan, industri galangan kapal dalam negeri juga masih terkendala.
Wakil Ketua Umum Iperindo Anita Puji Utami mengatakan, ketergantungan terhadap proyek pemerintah ini membuat pertumbuhan industri galangan kapal tersendat. Jika tidak ada permintaan dari pemerintah, perusahaan galangan kapal kesulitan mencari pesanan.
“Sejak 2017, jumlah pesanan kapal baru kepada (anggota) kita dapat dihitung dengan jari. Oleh sebab itu, kita sekarang lebih banyak menyasar ke reparasi kapal,” kata dia.
Anita pun berharap pemerintah bisa mendorong industri pelayaran untuk membangun dan memperbaiki kapal di galangan kapal nasional. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan insentif kepada industri pelayaran agar tidak keberatan menggunakan jasa galangan kapal di Indonesia.
Sekretaris Jenderal Kemenperin Haris Munandar N mengatakan, industri galangan kapal Indonesia masih kalah dari negara lain. Di dunia, industri galangan kapal dikuasai oleh China, Korea Selatan, dan Jepang. Menurut catatan Kementerian Perindustrian, pembangunan kapal baru di China pada 2017 sebesar 29,184 juta gros ton (GT), Korea Selatan 25,468 juta GT, dan Jepang 14,733 juta GT (Kompas, 4/7/2018).
Sementara itu di Asean, kata Haris, industri galangan kapal dikuasai oleh Filipina dan Vietnam. Pembangunan kapal baru di Filipina mencapai 2,173 juta GT, sedangkan di Vietnam sebanyak 766.431 GT. Adapun di Indonesia jumlahnya baru 218.300 GT. Dari jumlah itu, 83 persen untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sedangkan sisanya yang relatif masih sedikit untuk diekspor.
“Hal tersebut tentunya menjadi tantangan bagi industri perkapalan Indonesia. Bagaimana kita bisa meningkatkan produksi, mengingat pasar internasional sangat potensial untuk diserap oleh industri kapal dalam negeri,” kata Haris saat pembukaan pameran. (E04)