JAKARTA, KOMPAS--Periode Ramadhan dan Lebaran mendorong kinerja PT Bank Central Asia Tbk pada semester I-2018. Kredit tumbuh 14,2 persen secara tahunan menjadi Rp 494 triliun, sehingga mendorong laba bersih tumbuh 8,4 persen menjadi Rp 11,4 triliun.
Pertumbuhan kredit BCA ditopang kredit korporasi yang tumbuh 19,1 persen serta komersial dan usaha kecil menengah (UKM) yang tumbuh 15,1 persen. Adapun rasio kredit bermasalah (NPL) pada semester I-2018 sebesar 1,4 persen.
"Kami juga dapat menumbuhkan dana murah 12,7 persen secara tahunan menjadi Rp 481,3 triliun. Dana murah merupakan porsi utama penggalangan dana pihak ketiga BCA dengan kontribusi 78,2 persen," ujar Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (26/7/2018).
Menurut Jahja, tantangan perbankan terkait penyaluran kredit dan likuiditas. Suku bunga deposito dan kredit pasti akan naik mengikuti kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia.
Pada Januari-Juni 2018, BCA telah tiga kali menaikkan suku bunga deposito, masing-masing 25 basis poin (bps). Pada Agustus, suku bunga deposito akan naik lagi 25 bps. "Pada Agustus, kami juga akan menyesuaikan suku bunga kredit 0,25-0,7 persen, tergantung bobot risiko masing-masing kredit," kata dia.
Jahja menambahkan, di tengah ketidakpastian global yang meningkat, perbankan pasti berhati-hati menyalurkan kredit. Perbankan juga menjaga likuiditas agar tidak mengetat.
Rapat Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (RDK OJK) menyebutkan, kredit perbankan pada Juni 2018 tumbuh 10,75 persen, sedangkan dana pihak ketiga tumbuh 6,99 persen secara tahunan.
RDK OJK juga menyebutkan, di tengah sentimen yang mewarnai pasar keuangan domestik, risiko kredit, pasar, dan likuiditas. masih terjaga pada level yang terkelola dengan baik. Rasio NPL perbankan pada Juni 2018 sebesar 2,67 persen, turun dari Mei yang sebesar 2,67 persen.
"OJK terus memantau risiko yang akan muncul dari dinamika perekonomian global," kata Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik OJK Anto Prabowo dalam keterangan pers.
Secara terpisah, Standard Chartered Bank Indonesia menargetkan lini bisnis manajemen kekayaan tumbuh 23 persen per akhir 2018. Target ini ditopang prospek produk investasi dan bisnis pemasaran asuransi.
“Asal bisa menyediakan produk investasi yang mengakomodasi kebutuhan dari nasabah, lini bisnis investasi akan mengembirakan tahun ini dan menopang pertumbuhan manajemen kekayaan,” ujar Executive Director and Head Wealth Management Standard Chartered Bank Indonesia, Bambang Simon Simarno.
Syariah
PT Bank BNI Syariah membukukan laba bersih Rp 202,9 miliar per akhir Juni 2018, tumbuh 23 persen secara tahunan.
Direktur Utama BNI Syariah, Abdullah Firman Wibowo menyampaikan, salah satu penopang pertumbuhan laba bersih adalah pembiayaan yang meningkat. Per akhir Juni 2018, BNI Syariah menyalurkan pembiayaan Rp 25,1 triliun atau tumbuh 11,4 persen dalam setahun.
Sementara, Direktur Keuangan dan Tresuri PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Iman Nugroho Soeko mengatakan, laba BTN Syariah tumbuh 15,2 persen secara tahunan menjadi Rp 226,3 miliar per akhir semester I-2018.