Rabu (25/7/2018) petang, pasar finansial dikejutkan dengan penurunan harga saham Facebook hingga 24 persen di pasar saham Wall Street. Para pemilik saham perusahaan teknologi digital kehilangan nilai pasar hampir 130 miliar dollar AS atau setara dengan kapitalisasi pasar IBM. Laporan keuangan Facebook pada triwulan II-2018 tergolong mengecewakan.
Apa yang sedang terjadi?
Pendapatan pada triwulan II dan margin operasi Facebook di bawah prediksi. Semula, pendapatannya diperkirakan mencapai 13,36 miliar dollar AS. Namun, kenyataannya, hanya 13,23 miliar dollar AS. Pendapatan iklan diestimasikan mencapai 13,16 miliar dollar AS, akan tetapi, ternyata hanya mencapai 13,04 miliar dollar AS. Sementara, margin operasi, dari sekitar 44 persen turun menjadi sekitar 30 persen. Akibatnya, harga saham Facebook turun dari 214 dollar AS menjadi sekitar 170 dollar AS per saham.
Informasi awal menyebutkan, guncangan nilai tukar telah mengakibatkan penurunan pendapatan perusahaan ini di beberapa negara. Investasi di Facebook Stories, layanan yang digunakan untuk membagi foto dan video serta bisa hilang dalam waktu 24 jam, ternyata belum menghasilkan uang yang memadai. Kebijakan privasi data di Uni Eropa telah menaikkan pengeluaran Facebook yang mesti meningkatkan keamanan dan privasi. Hal ini berdampak pada pendapatan mereka.
Dampak dari pengetatan privasi data, pengguna aktif harian (DAU) Facebook di Eropa turun, dari 282 juta menjadi 279 juta pengguna. Mereka juga gagal menaikkan jumlah pengguna aktif di beberapa tempat seperti di Amerika Utara. Analis menyebutkan, di Amerika Utara, Facebook diprediksi bisa menaikkan pengguna hingga 185,4 juta. Namun, ternyata tetap pada angka 184 juta pengguna.
Secara global, angka DAU naik dari 1,45 miliar pengguna menjadi 1,47 miliar pengguna. Akan tetapi, angka itu masih jauh dari prediksi pasar, yaitu 1,49 miliar pengguna. Pasca pengetatan aturan privasi data, Facebook mengakui aturan itu berdampak pada mereka. Mereka harus menyesuaikan kebijakan privasi yang selama ini dijalankan.
Skandal Cambridge Analytica menyebabkan Facebook harus mengubah berbagai kebijakan internal dan mengikuti kebijakan privasi yang diterapkan Uni Eropa. Dampak penurunan aktivitas pengguna aktif mulai terasa sejak Mei lalu. Mereka berterus terang memantau perkembangan ini dan mengakui masih ada risiko yang bisa muncul. Mereka melihat aturan ini masih akan menurunkan jumlah pengguna di Eropa.
Kini, mereka tengah mencari cara untuk kembali meningkatkan pendapatan. Salah satunya dengan melakukan monetisasi sumber-sumber pendapatan baru. Mereka mengembangkan produk yang mengikutsertakan pengguna (engagement) bernama Facebook Stories. Mereka juga akan memberi pilihan ke pengguna mengenai privasi data yang memungkinkan mereka nyaman dan bisa meningkatkan pendapatan.
Tsunami yang dialami Facebook ini direspons beragam oleh analis. Ada yang pesimistis dengan masa depan keuangan mereka. Sebab, ada tren pengetatan privasi yang berdampak pada industri digital.
Namun, ada juga yang optimistis dengan mengatakan kejadian ini hanya sementara. Mereka yang optimistis melihat, Facebook akan segera memastikan investasi barunya bisa menghasilkan uang dalam tempo cepat.