SURABAYA, KOMPAS - Badan Ekonomi Kreatif menggelar pameran kuliner, Kreatifood, di Ciputra World, Surabaya, Jumat (27/7/2018). Pameran yang diikuti 95 pelaku usaha rintisan subsektor kuliner ini tak hanya mempertemukan dengan pembeli, tetapi juga membentuk ekosistem dengan mempertemukan mereka dengan mentor dan investor.
Deputi Pemasaran Bekraf Joshua Puji Mulia Simandjuntak saat pembukaan Kreatifood mengatakan, ekosistem industri kreatif subsektor kuliner perlu terus dipacu. Sebab, potensinya sangat besar dan mampu menyerap banyak tenaga kerja. “Industri kuliner menjadi salah satu subsektor paling penting dalam pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia,” ucapnya.
Merujuk data Badan Pusat Statistik tahun 2016, kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif subsektor kuliner memiliki sumbangan terbesar dibanding subsektor lain yang mencapai 41,4 persen dari total PDB Rp 922,58 triliun. Nilai ekspornya juta terus tumbuh dari 1,17 juta dollar AS pada 2015 menjadi 1,20 juta dollar AS di 2016. Sektor ini juga mampu menyerap tidak kurang dari 7,9 juta tenaga kerja.
Meskipun capaian industri kuliner tergolong tinggi, hal itu dirasa masih bisa ditingkatkan. Sebab, beberapa tahun terakhir terus muncul pelaku usaha rintisan baru di subsektor kuliner dengan produk berkualitas dan variatif. Namun, sebagian besar masih berskala lokal karena ekosistemnya belum terbentuk.
Oleh sebab itu, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mendorong pembentukan ekosistem yang baik. Pelaku usaha rintisan dengan berbagai keterbatasan dipertemukan dengan pembeli, mentor, dan investor agar mampu memperluas pasar. “Ekosistem harus tumbuh agar kualitas produknya bisa bersaing di pasar lokal dan internasional,” katanya.
Di Kreatifood, pelaku usaha rintisan subsektor kuliner dipertemukan dengan pembeli melalui pameran. Mereka juga diberi pelatihan meningkatkan mutu produknya. Ada pula program Food Startup yang menjadi ajang presentasi pelaku usaha dengan investor yang terdiri atas masyarakat dan perbankan.
“Selain tambahan modal dari bank, penguatan modal pelaku usaha rintisan bisa melalui nonperbankan yakni penanaman modal dan waralaba masyarakat,” ucap Joshua.
Paguyuban dagang
Pihak Bekraf, lanjut Joshua, juga mendorong pelaku usaha rintisan memperkuat paguyuban dagang. Sebab, anggota paguyuban di berbagai wilayah bisa meningkatkan pasar penjualan produk yang selama ini masih tingkat lokal. “Usaha yang kuat harus diimbangi pemasaran yang baik,” tuturnya.
Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo menuturkan, Kreatifood dilakukan di sepuluh kota di Indonesia. Setelah Surabaya, pelaksanaannya akan dilakukan di Medan, Palembang, Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Malang, Samarinda, Makassar, dan Denpasar. Makin banyak kota yang disinggahi bisa memperluas investor dan jaringan pemasaran produk. “Pelaku usaha rintisan yang mengikuti Kreatifood sudah melalui kurasi sehingga kualitasnya teruji,” katanya.
Salah satu peserta, Putri Pertiwi, yang menjual produk kuliner Blendi, berharap bisa menemukan distributor untuk memperluas pasarnya. Selama ini, Blendi, makanan pedas khas Blitar, dijual menggunakan sistem daring.
Secara terpisah, Humas Program Pahlawan Ekonomi Surabaya, Agus Wahyudi, menuturkan, sektor industri kuliner memiliki pasar menjanjikan. Alhasil, mayoritas pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di Surabaya masuk ke bisnis ini. Dari 9.148 pelaku UMKM di Surabaya, sekitar 6.000 di antaranya bergerak di bidang kuliner.