Murah
Kementerian Pariwisata menargetkan 17 juta kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada tahun ini. Namun, dilihat dari tren yang ada, Kementerian Pariwisata khawatir target itu tidak akan tercapai.
Dalam enam bulan terakhir, rata-rata kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) hanya 1,25 juta kunjungan per bulan. Jika dikalikan 12, maka akan ada sekitar 15 juta kunjungan hingga akhir tahun. Jika jumlah itu tercapai, masih kurang 2 juta kunjungan lagi untuk mencapai angka 17 juta.
Ada sejumlah cara yang akan dilakukan Kementerian Pariwisata. Cara yang utama adalah mendorong kemudahan akses. Pemerintah memang telah membuka akses sebesar-besarnya dengan memberikan fasilitas bebas visa kunjungan bagi 169 negara sejak 2016. Upaya ini berhasil mendongkrak jumlah kunjungan.
Namun, saat ini, upaya tersebut dirasa masih perlu diperkuat. Harus dibuat satu terobosan baru agar jumlah wisman yang datang ke Indonesia semakin banyak.
Persoalan yang harus dicermati terkait upaya mendongkrak kunjungan wisman adalah besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menjangkau Indonesia. Ada dua penyebabnya, yakni penerbangan langsung ke Indonesia belum banyak. Begitu pula, belum banyak penerbangan berbiaya murah ke Indonesia. Persoalan penerbangan langsung sudah mulai teratasi dengan adanya penerbangan sewa dari beberapa kota di luar negeri, seperti dari kota-kota di China.
Namun, cara ini belum diterapkan di pasar-pasar potensial yang lain seperti India, Eropa, Timur Tengah, dan Amerika Serikat. Akibatnya, untuk mencapai Indonesia harus transit dulu di Singapura atau Malaysia. Biayanya, tentu saja, menjadi lebih mahal.
Tipe pelancong
Saat ini, pertumbuhan penumpang penerbangan berbiaya murah sangat signifikan. Rata-rata pertumbuhan penumpang internasional di Indonesia 9 persen per tahun. Pertumbuhan penumpang pesawat dengan layanan lengkap 5 persen per tahun, sedangkan pertumbuhan penumpang penerbangan berbiaya murah 12 persen per tahun.
Dengan kata lain, peluang pada penerbangan berbiaya murah, besar. Indonesia bisa memanfaatkan peluang itu dengan menyediakan penerbangan berbiaya murah.
Pertumbuhan yang signifikan pada penerbangan bebiaya murah, antara lain dilandasi tipe pelancong yang saat ini lebih fokus pada pengalaman di lokasi tujuan wisata. Mereka memilih untuk menghemat ongkos transportasi sehingga dana yang ada lebih banyak digunakan unutk mengeksplorasi destinasi wisata.
Contohnya di Jepang, yang penumpang internasionalnya tumbuh 13 persen per tahun. Pertumbuhan penumpang maskapai dengan layanan lengkap 7 persen, sedangkan pertumbuhan penumpang maskapai berbiaya murah 55 persen per tahun. Hal ini dimulai saat Pemerintah Jepang membangun terminal berbiaya murah pada 2015. Ada empat bandara yang mempunyai terminal berbiaya murah, yakni Narita di Tokyo, Naha di Okinawa, Chubu di Nagoya, dan Kansai di Osaka.
Pertumbuhan penumpang maskapai berbiaya murah di Narita pada 2013 mencapai 11,3 persen per tahun, yang melonjak menjadi 31 persen pada 2017. Angka pertumbuhan ini jauh lebih tinggi daripada penumpang layanan lengkap pada destinasi yang sama.
Di Bandara Don Mueang, Bangkok (Thailand) dan Bandara di Greater London, Inggris, kondisi yang nyaris serupa dengan Jepang juga terjadi. Pertumbuhan penumpang maskapai berbiaya murah di terminal berbiaya murah jauh lebih tinggi daripada penumpang maskapai dengan layanan lengkap di terminal dengan layanan lengkap.
Saat ini, penerbangan ke Indonesia sudah dilayani maskapai berbiaya murah. Namun, Indonesia belum memiliki terminal berbiaya murah. Semua penumpang maskapai berbiaya murah masih naik dan turun pesawat di terminal berlayanan penuh. Akibatnya, penumpang maskapai berbiaya murah harus membayar retribusi terminal lebih mahal. Padahal, jika mendarat di terminal berbiaya murah -yang sejumlah sejumlah fasilitasnya dikurangi atau dihilangkan sehingga biaya retribusinya lebih murah-, tentu retribusi terminalnya lebih murah. Harga tiket penerbangan bisa lebih murah karena retribusi terminal disatukan dengan harga tiket.
PT Angkasa Pura II (Persero) telah menyatakan komitmennya untuk menyediakan terminal berbiaya murah di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten. Saat ini. sebenarnya Terminal 1 di Bandara Soekarno Hatta sudah menjadi terminal berbiaya murah. Namun, terminal itu untuk penerbangan domestik. Oleh karena itu, Angkasa Pura II memutuskan Terminal 2 untuk dijadikan terminal berbiaya murah bagi penerbangan internasional.
Menyediakan terminal berbiaya murah di bandara adalah salah satu upaya meningkatkan kunjungan wisman ke Indonesia. (M Clara Wresti)