Pemerintah menargetkan jalan tol sepanjang 1.852 kilometer selesai dibangun dan beroperasi pada 2015-2019. Dari target itu, sepanjang 443 kilometer yang sudah selesai dibangun dan beroperasi hingga kini. Dengan demikian, ada 1.409 kilometer jalan tol yang masih perlu dibangun hingga 2019. Sementara, jalan tol yang telah beroperasi di Indonesia saat ini sepanjang 1.223 kilometer.
Sebagian besar jalan tol yang beroperasi maupun yang tengah dalam proses konstruksi sudah direncanakan 20 tahun yang lalu, seperti Tol Trans Jawa atau tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu. Namun, membangun jalan tol bukan hal mudah. Selain memerlukan pembiayaan jangka panjang, pembebasan lahan juga menjadi momok. Apalagi, badan usaha yang mendapat konsesi jalan tol juga diminta sekaligus membebaskan lahan yang diperlukan.
Penambahan jaringan jalan tol juga tersendat. Tahun ini, pemerintah mengumumkan akan melelang enam ruas jalan tol senilai Rp 124 triliun. Dari keenam ruas tersebut, lima di antaranya merupakan usulan badan usaha atau ruas tol prakarsa dan satu ruas merupakan rencana pemerintah. Proyek tol yang merupakan usulan badan usaha adalah ruas Semanan-Balaraja (31,9 kilometer), ruas Kamal-Teluk Naga-Rajeg (38,6 km), ruas Akses Pelabuhan Patimban (37,7 km), ruas Gedebage–Tasikmalaya-Cilacap (184 km), serta Jembatan Balikpapan-Penajam Paser Utara (7,6 km). Sementara satu proyek tol pemerintah adalah ruas Semarang-Demak (26,8 km) yang terintegrasi dengan tanggul laut Kota Semarang.
Usulan ruas tol prakarsa tersebut merupakan hal positif bagi industri jalan tol. Sebab, menandakan iklim investasi di jalan tol semakin kondusif. Salah satu faktornya, sejak ada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, proses pembebasan lahan menjadi lebih terukur sehingga memberi kepastian bagi investor. Di sisi lain, pembentukan Badan Layanan Umum Lembaga Manajemen Aset Negara -yang salah satu tugasnya membayar pembebasan lahan untuk proyek strategis nasional- berperan penting mempercepat pembebasan lahan.
Dari ruas yang diusulkan badan usaha, sebagian besar ada di Jawa. Sebab, badan usaha memperhitungkan pengembalian investasi. Yang menarik, salah satu ruas tol yang diusulkan adalah Gedebage–Tasikmalaya-Cilacap, yang diproyeksikan menjadi tulang punggung jaringan tol di Selatan Jawa.
Menjelang mudik Lebaran lalu, pemerintah gencar mempromosikan Jalur Pantai Selatan (Pansela) sebagai alternatif menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain menjanjikan kelancaran, pemerintah memastikan pengendara akan disuguhi pemandangan yang indah. Dari total 1.602 km Jalur Pansela, yang sudah tembus sepanjang 1.177 km. Pemerintah menjanjikan jalur itu akan mendukung pengembangan ekonomi di wilayah selatan Jawa, terutama sektor pariwisata.
Kini, badan usaha mengusulkan pembangunan tol Gedebage–Tasikmalaya-Cilacap. Pertanyaannya, seberapa banyak kendaraan yang akan lewat? Sebab, lalu lintas hariannya dipastikan masih rendah, kendati badan usaha pemrakarsa tentu memiliki perhitungan. Bagai perumpamaan ayam dengan telur, pembangunan infrastruktur jalan tol akan berjalan lambat jika menunggu kelayakan finansial terpenuhi. Itu pun hanya akan dilakukan di Jawa, terutama di kota-kota besar.
Perlu peran aktif pemerintah daerah agar infrastruktur yang dibangun bisa bermanfaat secara maksimal bagi masyarakat setempat. Potensi ekonomi unggulan mesti disiapkan jika tidak ingin ketinggalan. (NORBERTUS ARYA DWIANGGA)