JAKARTA, KOMPAS – Indeks harga saham gabungan atau IHSG berhenti meneruskan reli penguatan selama tujuh hari perdagangan beruntun pada hari perdagangan Selasa (31/7/2018). Setelah berhasil mencapai di level 6.000, investor melakukan aksi ambil untung sehingga IHSG kembali merosot.
IHSG melemah 91,49 poin atau 1,52 persen saat penutupan perdagangan kemarin di level 5.936,44. Pada hari perdagangan sebelumnya IHSG ditutup menguat 38,8 poin atau 0,64 persen pada level 6.027,93.
Sepanjang perdagangan kemarin, IHSG bergerak pada rentang kisaran level 5.910,08 – 6.013,86. Dari 597 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 129 saham menguat, 270 saham melemah, dan 198 saham alami stagnansi.
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 488.383 kali dengan volume perdagangan 11,83 miliar lembar saham senilai Rp 10,59 triliun. Investor asing beli saham Rp 256,67 miliar di seluruh pasar.
Analis senior CSA Research Institute, Reza Priyambada, menilai bahwa aksi ambil untung oleh sebagian investor menahan laju IHSG untuk bergerak di area positif. Sepekan terakhir, IHSG menguat ditopang musim laporan keuangan emiten yang positif serta meredanya ketegangan perang dagang global.
“Setelah IHSG mengalami kenaikan dalam beberapa hari terakhir, tidak ada yang membendung para investor jangka pendek untuk melakukan aksi profit taking,” katanya.
Sentimen mengenai kinerja emiten semester I-2018, lanjut Reza, berdampak positif terhadap reli penguatan IHSG sepanjang tujuh hari perdagangan beruntun kemarin. Fluktuasi rupiah yang kini mulai stabil diharapkan mampu membendung IHSG dari tekanan berbagai sentimen.
Berdastakan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) kemarin, rupiah berada di level Rp 14.413 per dollar AS. Dalam empat hari perdagangan terakhir, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berada di rentang Rp 14.409 – Rp 14.483, bertahan tidak menembus level Rp 15.000 per dollar AS.
Analis Artha Sekuritas, Dennies Christoper Jordan, menuturkan, investor menilai hari perdagangan setelah IHSG menembus level psikologis 6.000 sebagai momentum tepat untuk ambil untung. IHSG menurut dia masih punya peluang penguatan, terlebih dana asing mulai kembali ke pasar domestik.
“Pergerakan IHSG hingga level 6.000 kemarin dibaca sudah overgrowth sehingga investor melihat ini sebagai peluang ambil untung, padahal ruang untuk terus tumbuh bagi IHSG masih ada,” ujarnya.
Analis Binaartha Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengatakan sejumlah investor melakukan aksi keuntungan sebelum pengumuman bank sentral dari negara-negara ekonomi dunia.
Selama dua hari, 31 Juli - 1 Agustus 2018, Federal Open Market Committee (FOMC) menggelar rapat sebelum menetapkan kebijakan moneter AS, untuk menaikkan, menurunkan, atau tak mengubah bunga acuan The Fed.
Kondisi Bursa Saham AS yang ditutup di zona merah juga pengaruh negatif pada pelemahan IHSG. Pada perdagangan Senin waktu AS, Dow Jones ditutup turun 0,57 persen atau 147,23 poin ke level 25.306,83. Adapun Nasdaq Composite merosot 1,39 persen atau 107,42 poin ke level 7.630,00.
“Turunnya harga-harga saham AS, memungkinkan investor untuk masuk ke bursa saham AS sebelum harga saham kembali meningkat akibat sentimen positif kebijakan bank sentral,” kata Nafan.
IHSG mencatatkan penurunan saat beberapa indeks saham di Asia Tenggara bergerak variatif. FTSE Straits Time Singapura naik 0,60 persen, indeks FTSE Malay KLCI menguat 0,79 persen, dan indeks SE Thailand naik tipis 0,07 persen. Adapun indeks PSEi Filipina turun 1,30 persen.