BANYUWANGI, KOMPAS Para perajin perkakas rumah tangga di pusat kerajinan dandang, Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi, Jawa Timur, butuh mekanisasi untuk meningkatkan produksi peralatan rumah tangga buatan. Mekanisasi dibutuhkan agar produk mereka bisa bersaing dengan barang impor yang kini kian banyak.
Supriyono (42), perajin peralatan rumah tangga di Desa Kalibaru, Kecamatan Kalibaru, mengatakan, saat ini persaingannya bukan antarperajin atau pedagang. Perajin lokal kini berhadapan dengan produk impor. Jumlah barang yang masuk banyak dan harganya lebih murah.
Dandang produksi Kalibaru Wetan dengan kapasitas 1 kilogram, misalnya, dijual Rp 75.000 hingga Rp 85.000 per buah. Sementara dandang impor dengan kapasitas yang sama dijual sekitar Rp 50.000. Supriyono mengatakan, efisiensi dan efektivitas produksi membuat harga dandang Kalibaru tidak dapat bersaing dengan dandang impor.
”Saat ini pembuatan dandang, oven, dan seluruh perkakas dapur dilakukan secara manual. Dalam sehari rata-rata perajin hanya dapat membuat 10 unit atau 2-3 pemanggang (oven). Jika menggunakan mesin, kami mungkin bisa menghasilkan lebih banyak sehingga dapat menghemat biaya pekerjaan,” ujarnya.
Adapun mekanisasi yang dibutuhkan, misalnya, alat pemotong dan alat menekuk lempengan logam.
Ayu Lestari (25), pedagang dandang, menjelaskan, mekanisasi dalam usaha pembuatan perkakas rumah tangga diperlukan untuk menekan harga produksi. ”Beberapa kali ukuran tidak pas saat kami memotong aluminium secara manual. Akibatnya, banyak bahan terbuang. Kami berharap pemerintah dapat membantu penyediaan alat-alat semiotomatis agar produksi kami lebih efektif dan efisien,” ujarnya.
Ayu mengatakan, bahan pembuatan dandang dan perabotan dapur didatangkan secara kolektif. Para perajin biasanya membeli bahan aluminium atau stainless steel per lembar. Setiap lembar berukuran 1 meter x 2 meter dijual beragam Rp 135.000 hingga 1,5 juta tergantung ketebalan.
Sekda Kabupaten Banyuwangi Djadjat Sudradjat mengaku tidak memiliki anggaran khusus untuk penyediaan alat mekanisasi produksi. Pemda setempat tetap mendorong ekonomi kreatif warga Kalibaru Wetan tersebut dengan cara yang lain. ”Melalui Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, kami terus melakukan pendampingan dan upaya membukakan pasar-pasar baru,” kata Djadjat. (GER)