UGM Siapkan Kader Pengolahan Kelapa di Maluku Tengah
Oleh
Fransiskus Pati Herin
·2 menit baca
MASOHI, KOMPAS – Kuliah Kerja Nyata Progam Pemberdayaan Masyarakat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, di Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, akan berakhir pada Sabtu (11/8/2018). Agar usaha pengolahan kelapa yang menjadi fokus pemberdayaan terus berlanjut dan meluas, akan disiapkan sejumlah warga sebagai kader penghubung sekaligus pendamping di daerah itu.
Menurut Purwanto, dosen pembimbing lapangan Universitas Gadjah Mada (UGM), para calon kader itu sudah terpantau selama kegiatan kuliah kerja nyata. "Mereka adalah warga yang memiliki visi dan semangat juang tinggi. Mereka tidak pantang menyerah kendati dalam keterbatasan," ujarnya di Masohi, Maluku Tengah, Rabu (8/8).
Dari pantauan UGM, saat ini setidaknya ada tiga warga yang dianggap layak, yakni Abdul Rasyid Wattimena, warga Desa Rutah, Kecamatan Amahai yang bergerak dalam usaha pembuatan minyak kelapa murni; Obed Nego Ngilamele untuk usaha briket dari batok kelapa; dan Balto Xavry Riupassa untuk usaha sari buah kelapa.
Obed dan Balto masing-masing dari Desa Layeni dan Desa Wotay di Kecamatan Teon Nila Serua. Ketiga orang itu, oleh Purwanto, dianggap berkembang cukup pesat setelah mendapatkan bimbingan dan bantuan peralatan dari UGM. Kegiatan yang bekerja sama dengan pemerintah Selandia Baru itu sudah dimulai sejak dua tahun lalu.
Purwanto mengatakan, salah satu tantangan dalam pengembangan usaha kecil dan menengah di daerah itu adalah kerja sama tim. Masih ada kecenderungan masing-masing individu berjuang secara sendiri-sendiri.
Padahal, jika kekuatan itu digabung, usaha mereka akan bergerak lebih pesat. “Diperlukan tokoh yang dapat mengayomi mereka,” ujar Purwanto.
Terkait kelanjutan kerja sama dengan Maluku Tengah, lanjut Purwanto, hal itu sangat bergantung pada kemauan pemerintah daerah. Bupati Maluku Tengah Abua Tuasikal pada Selasa lalu menyampaikan terima kasih kepada UGM yang telah hadir dan membuka wawasan masyarakat untuk mengolah potensi kelapa yang melimpah di daerah itu. Ia ingin kerja sama terus berlanjut.
Sementara Rasyid, Obed, dan Balto sama-sama menyampaikan terima kasih kepada UGM dan pemerintah daerah. Ide pengolahan kelapa yang mereka dapatkan dari UGM dirasakan sangat bermanfaat.
Setidaknya, mereka sudah menuai hasil sejak memulai usaha tersebut. "Saat ini saya mempekerjakan 12 orang. Usaha ini baru mulai dua bulan lalu. Ini berkat kehadiran UGM," ujar Balto.