Perusahaan Rintisan Teknologi Pasarkan Asuransi Mikro
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pendistribusian asuransi mikro diyakini bisa membantu meningkatkan kesadaran seluruh lapisan masyarakat akan manfaat asuransi. Dalam perkembangannya, muncul aneka bentuk asuransi mikro yang diciptakan khusus untuk segmen tertentu.
Salah satu instansi yang mengerjakan hal itu adalah PasarPolis, perusahaan teknologi digital yang menyediakan jasa agregator produk asuransi sejak tahun 2015.
CEO PasarPolis Cleosent Randing, Jumat (10/8/2018), di Jakarta, menceritakan, pihaknya telah bekerja sama strategis dengan Go-Jek, Traveloka, dan Tokopedia. Kerja sama ini menyangkut pembuatan asuransi mikro yang diciptakan khusus untuk segmen tertentu atau disebut dengan pendekatan tailor-made.
Sebagai contoh, PasarPolis dan Go-Jek menciptakan asuransi mikro, GoProteksi, dengan premi Rp 15.000 dan dibayar per bulan. Premi asuransi dipotong bulanan dari deposit mitra pengemudi. Salah satu manfaatnya adalah uang muka pembelian motor baru jika terjadi kehilangan motor karena pencurian dan usia motor di bawah 5 tahun. Sejak diluncurkan September 2016, lebih dari 300.000 pengojek telah menjadi nasabah GoProteksi.
Bersama Tokopedia, Cleosent mencontohkan rencana mengembangkan asuransi pembelian barang (purchase protection). Sementara bersama Traveloka, dia mencontohkan proteksi perjalanan yang diberikan kepada penumpang yang gagal pergi karena penundaan jadwal penerbangan. Besaran premi ditentukan bersama mitra.
”Masih banyak warga mengatakan asuransi itu mahal. Cara pendaftaran, pembayaran, hingga pengajuan klaimnya pun rumit. Kehadiran kami sebagai perusahaan teknologi berupaya mendemokratisasikan asuransi ke seluruh lapisan masyarakat, dimulai dengan menciptakan asuransi tailor-made,” tuturnya.
Chief Operation Officer PasarPolis Christofer Kustono menyebutkan, sudah ada lebih dari 100 produk asuransi dipasarkan melalui laman PasarPolis. Mayoritas berbentuk asuransi mikro yang diciptakan sendiri oleh 30 mitra perusahaan asuransi, lalu dijual oleh PasarPolis.
Untuk memonetisasi bisnis, PasarPolis mengandalkan kuantitas nasabah. Total sekitar 700.000 orang dan target hingga akhir tahun bertambah menjadi sekitar satu juta orang.
Menurut dia, sebagai perusahaan teknologi, perusahaannya berusaha memanfaatkan analisa data berukuran besar (big data) dan algoritma gabungan dari berbagai informasi mengenai nasabah asuransi dan perusahaan mitra. Hasilnya dipakai menciptakan asuransi mikro dengan pendekatan tailor-made.
”Cara kerja perasuransian pun dikelola secara digital. Misalnya, calon nasabah cukup mengisi formulir pendaftaran kepesertaan ataupun pengajuan klaim secara daring,” ucap Christofer.
Secara spesifik mengenai pengajuan klaim secara daring, dia menyebut fitur Instant Claim. Fitur ini dikembangkan bersama mitra maskapai penerbangan Citilink. Melalui Instant Claim, penumpang yang gagal berangkat akan langsung menerima uang manfaat. Hal ini dimungkinkan karena sistem PasarPolis dan maskapai saling terhubung ke data nasabah.
Berdasarkan survei nasional literasi keuangan yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan pada 2013, hanya 21,84 persen atau seperlima dari penduduk Indonesia yang masuk kategori literasi baik. Adapun 59,74 persen penduduk Indonesia sudah menggunakan produk dan jasa keuangan.
Dari jumlah penduduk Indonesia yang sudah menggunakan produk dan jasa keuangan itu, sebesar 57,28 persen menggunakan sektor perbankan. Sementara asuransi diikuti sekitar 11,81 persen dan pembiayaan diikuti 6,33 persen (Kompas, 18 Agustus 2016).