Sancaya Rini Menjaga Tradisi, Menjaga Alam
Rumah asri berhalaman luas di kawasan Pondok Benda, Pamulang, Tangerang Selatan itu sudah sibuk sebelum pukul 9.00 pagi. Beberapa pekerja terlihat mencelup kain lalu menjemurnya. Ada pula seorang ibu yang duduk tekun membatik. Lagu-lagu dari radio pun menemaninya.
Tidak ada kain berwarna-warni mencolok. Semua kain berwarna biru. Kain-kain itu dibatik lalu diwarnai dan akan dijahit serta dijadikan berbagai macam bentuk baju dengan label Kana Goods.
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) pun mengikutsertakan lain-kain dari Tangerang Selatan ini pada perhelatan New York Now 2018 di Jacob Javits Center, New York pada tanggal 12-15 Agustus 2018 ini beserta tujuh merek kriya dalam negeri lainnya.
Pertemuan Sancaya Rini dengan batik, berawal dari niatnya mengisi waktu luang. Dia membuka-buka batik-batik peninggalan ibunya. Sebagian besar kain batik dibuat oleh neneknya.
“Nenek saya tinggal di daerah Laweyan. Membatik, memang bukan menjadi mata pencarian utama, tetapi nenek membuat kain-kain batik untuk diberikan kepada anak-anaknya semisal ketika mau menikah, atau punya anak,” ujar Rini yang ditemui di bengkel kerjanya akhir pekan lalu.
Kampung Laweyan di Solo, Jawa Tengah memang terkenal sebagai kampungnya para pembatik.
Rini, yang ketika itu berusia 47 tahun kemudian sungguh-sungguh mempelajari cara pembuatan batik. Dia pun pergi ke Museum Tekstil di Kawasan Tanah Abang. “Naik odong-odong bareng sama kambing tak lakoni lho,” kata Rini. sambil tertawa mengenang perjalanannya ke Tanah Abang.
Odong-odong merupakan sebutan untuk kereta api diesel yang dahulu melaju pada jalur Rangkasbitung-Tanah Abang, melewati kawasan Pamulang.
Dia akhirnya menemukan kesenangan dalam membatik. “Buat saya, membatik itu seperti kontemplasi,” ujar Rini. Membatik, menorehkan sedikit demi sedikit malam di atas kain memberikan kesempatan baginya untuk berdiam diri.
Memberdayakan lingkungan
Dia juga percaya, selembar kain batik yang dikerjakan dengan sepenuh hati oleh pembatiknya akan menyimpan ruh pembatik di dalam kain itu.
Tidak puas menguasai ilmu batik sendirian, Rini ingin menjadi manfaat bagi banyak orang. Rini mengajarkan cara membatik ke anak-anak muda yang tidak memiliki pekerjaan tetap di sekitar rumahnya.
Beberapa dari mereka serius mempelajari cara membatik. Rini pun merasa senang karena dapat memanfaatkan waktu luangnya dan berbagi dengan tetangga.
Sayangnya, kesenangan itu tidak berlangsung lama. Suaminya, prihatin dengan limbah pewarna batik yang dapat merusak alam, terutama persediaan air tanah. “Di sini tidak ada air PAM, hanya mengandalkan air tanah. Jadi limbah pewarna sintetis batik itu masuk ke dalam tanah dan mencemari sumur,” jelas Rini.
Kegembiraan yang baru saja dijumpai itu harus pupus. Tetapi Rini sudah jatuh cinta pada batik dan tidak mundur. Dia pun pergi lagi ke Museum Tekstil untuk belajar pewarnaan alami. Berlatar belakang ilmu pertanian, tidak sukar baginya untuk mengolah pewarna alam.
“Di sekitar kita banyak sekali sumber pewarna alam. Misalnya, warna coklat, bisa didapatkan dari serutan kayu-kayu yang dikumpulkan dari tukang kayu. Bahannya direbus, diendapkan lalu dibuat celupan kain,” ujar dia.
Rini pun menambahkan, ada banyak sumber pewarna alami yang dapat memberikan warna-warna indah pada kain.
Proses Panjang
Menggunakan pewarna alami jelas memperpanjang proses pembatikan. Selain membuat bahan pewarnanya, proses untuk pewarnaan pun tidak secepat dengan pewarna sintetis.
Kain polos terlebih dahulu dibatik. Kemudian, agar tidak tembus maka pembatikan dilakukan bolak-balik di kedua sisi kain. Rini mengatakan, dia membuat motif batik yang sederhana sehingga digemari oleh banyak orang. Dia tidak lagi membuat batik tradisional yang bermotif rumit.
Rini mengatakan, dia membuat motif batik yang sederhana sehingga digemari oleh banyak orang.
Setelah itu, kain dicelup ke larutan pewarna. Warna biru yang digunakan Rini sebagian didapatkan dari tanaman nila. Rini tidak membuat sendiri bahan pewarna tersebut, tetapi mendapatkannya dari pemasok di luar kota.
Kain putih lalu dicelup ke dalam gentong berisi larutan pewarna biru. Didiamkan selama sekitar 5 menit agar pewarnaan merata lalu dijemur. Ketika dijemur, warna yang muncul adalah warna hijau muda. Ketika terjadi oksidasi, warna kain berubah menjadi biru.
Pencelupan tidak hanya dilakukan satu kali. Setelah kering, kain kembali dicelup ke dalam larutan pewarna. Proses ini dapat berlangsung hingga empat kali atau lebih, tergantung dari seberapa pekat warna biru yang diinginkan.
Semakin pekat, pencelupan harus dilakukan lebih banyak lagi. Proses pewarnaan dapat berlangsung hingga empat hari. Jika cuaca mendung, dibutuhkan waktu lebih banyak lagi.
Proses pewarnaan alami ini lebih panjang sehingga harga kain lebih mahal daripada harga kain dengan pewarna sintetis. Walau demikian, penggemar kain dengan pewarna alami semakin lama semakin banyak.
Proses pewarnaan alami ini lebih panjang sehingga harga kain lebih mahal daripada harga kain dengan pewarna sintetis.
Rini juga aktif bergabung dalam Perkumpulan Pewarna Alam Indonesia (Warlami) sebuah organisasi nirlaba yang mendorong para perajin untuk menggunakan pewarna alam kembali demi kelestarian lingkungan.
Kain yang digunakan Rini pun bukan kain polos biasa. Rini hanya memilih kain berkualitas bagus dengan tekstur di atasnya sehingga setelah diberi warna akan terlihat lebih indah ketimbang kain polos.
Dia sudah memiliki pemasok kain seperti kain jenis baby kanvas dari pasar Tanah Abang.”Kalau membeli dari pabrik langsung harus dalam jumlah besar, mana bisa kalau dikerjakan dalam skala kecil seperti ini,” kata Rini.
Dalam satu bulan, Rini dapat memeroduksi sekitar 75 potong baju dengan harga mulai dari Rp 500.000-an. Dia menjahitkan bajunya pada tetangganya yang pandai menjahit.
Baju-baju itu kemudian ditempatkan pada beberapa gerai pada mal-mal besar di Jakarta, beberapa di antaranya dijual secara daring.
Rini pun terus menorehkan cantingnya pada selembar kain. Semakin lama, semakin dalam kontemplasinya untuk memberikan ruh pada kain itu. Lalu, dia akan mencelupnya pada air biru yang juga dapat pula memberikan kehidupan pada alam sekitar.