JAKARTA, KOMPAS - Perdagangan secara elektronik atau e-dagang dan layanan logistik berkembang menjadi bisnis yang saling menghidupi. Demi mendukung kelancaran pengiriman barang hasil transaksi daring penyedia jasa kurir ekspres lokal berinvestasi dan berinovasi.
PT Global Jet Express, penyedia jasa kurir ekspress dengan merek J&T Express, misalnya, membangun gudang dengan sistem otomatis. CEO J&T Express, Robin Lo di Jakarta, Selasa (14/8/2018) mengatakan, pihaknya berinvestasi sekitar Rp 400 miliar untuk pengembangan gudang penyimpanan untuk pengantaran langsung (gateway) di Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya. Semuanya dioperasikan menggunakan sistem sortir barang sistem otomatis. Otomatisasi bertujuan untuk mempercepat serta mengefisienkan kinerja dalam gudang.
Khusus gateway Jakarta, penerapan menggunakan sistem itu dimulai akhir September 2018. Sementara tiga gateway lainnya sedang proses pembangunan dan ditargetkan kelar April 2019 sehingga siap melayani permintaan pengiriman saat ramadhan-lebaran 2019.
J&T Express berdiri pada 20 Agustus 2015. Perusahaan ini resmi melayani jasa pengiriman ke seluruh Indonesia pada 1 November 2015 dengan jumlah gerai di 108 titik lokasi.
Per 1 Juni 2017, perusahaan mencatatkan prestasi pengiriman sebanyak 200.000. Volume pengiriman sebanyak ini konsisten dipertahankan per bulan. Mayoritas bersumber hasil transaksi e-dagang. Dengan melihat tren serta besarnya peluang menggarap pengiriman dari sektor e-dagang, perusahaan memutuskan fokus menjadi penyedia jasa kurir ekspres untuk e-dagang per 23 Oktober 2017. Pada 12 Desember 2017, volume pengantaran meningkat menjadi 400.000 .
"Pada awal Juni 2018, pengiriman telah mencapai sekitar 800.000. Kami mau tidak mau menambah kapasitas infrastruktur. Permintaan pengantaran berpotensi meningkat terus sehingga kami putuskan sudah saatnya memanfaatkan sistem sortir otomatis di setiap gudang agar mempercepat pelayanan," ujar Robin.
Menurut dia, perusahaan menargetkan bisa melayani pengiriman barang dua juta hingga 2,5 juta per bulan ketika semua gateway nantinya sudah menggunakan sistem sortir otomatis. Saat ini, sekitar 70 persen permintaan pengiriman masih bersumber dari konsumen di daerah-daerah di Jawa sehingga tidak melulu dari Jakarta. Oleh karenanya, perusahaan membangun gateway di Surabaya, Semarang, dan Bandung untuk memproses pendistribusian barang lebih cepat.
Sebagai dua ranah bisnis saling menghidupi, J&T Express menawarkan sistem teknologi informasi manajemen barang kiriman yang terintegrasi langsung dengan mitra penyedia platform dan produsen/pedagang e-dagang.
J&T Express telah berekspansi operasional di Malaysia dan Vietnam pada awal Maret 2018. Dua negara ASEAN lainnya tujuan adalah Thailand dan Filiphina pada 2019. Pembukaan operasional tersebut bertujuan melayani permintaan jasa kurir ekspres hasil transaksi e-dagang di dalam empat negara itu.
"Kami berharap memang bisa melayani pengiriman barang berskala internasional nantinya," imbuh Robin.
Kerja sama
Sementara itu, JNE juga telah melakukan persiapan untuk pembangunan fasilitas penyimpanan sementara berskala besar (mega hub) sejak awal 2018. Mega hub JNE rencananya dibangun di Kedaung Wetan, Neglasari, Tangerang. Lokasi ini dinilai dekat dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta. JNE akan segera membeli mesin sortir otomatis dari Damon, penyedia perangkat logistik dan rantai pasok yang berkantor pusat di Shanghai.
Pada hari yang sama, JNE mengumumkan kerja sama dengan Lazada Indonesia terkait program pengiriman barang secara nontunai (cashless). Program ini ditawarkan kepada mitra penjual Lazada.
Presiden Direktur JNE M Feriadi, dalam siaran pers, menjelaskan, program itu memungkinkan mitra penjual Lazada Indonesia mengirimkan pesanan ke konsumennya tanpa harus melakukan pembayaran tunai di gerai JNE terlebih dulu. Penjual juga tidak perlu menjalankan proses memasukkan data pengiriman secara manual. Melalui sistem JNE Cashless yang terintegrasi langsung dengan Lazada Indonesia, penjual dapat memproses pendistribusian lebih praktis.
"Kami berharap, melalui program ini, penjual bisa mengelola uang kas mereka lebih baik," kata dia.
Head of Partnership Shopee Indonesia, Jeannifer Suryajaya, mengatakan, tantangan menjalankan bisnis e-dagang adalah mendapatkan mitra perusahaan logistik yang inovatif dan satu visi. Misalnya, urusan penyediaan sistem teknologi informasi pengantaran barang yang terintegrasi.
"Kami memandang logistik sebagai salah satu bagian penting dalam operasional. Konsumen e-dagang menuntuk sistem yang memungkinkan mereka bisa melacak perjalanan barang pesanan yang andal serta kecepatan pengantaran. Oleh karenanya, kami memilih mitra logistik yang sevisi," tutur dia.