Peternak dan Petani Keberatan dengan Pelonggaran Impor
Oleh
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS - Peternak dan petani hortikultura di Kabupaten Malang, Jawa Timur, meminta pemerintah mencermati kembali perubahan regulasi terkait impor produk hortikultura, ternak, dan produk ternak. Mereka tidak ingin mati di negeri sendiri.
"(Perubahan regulasi terkait impor) Ini cukup mengangetkan masyarakat desa kami yang mayoritas peternak dan petani hortikultura. Adanya impor akan berpengaruh terhadap harga komoditas petani,” kata Kepala Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Udi Hartoko, Selasa (14/8/2018).
Pujon merupakan salah satu sentra sapi, khususnya sapi perah, di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Di Pujon Kidul saja, kata Udi, dari 1.345 keluarga ada sekitar sekitar 800 keluarga di antaranya yang memiliki sapi perah. Produksi susu di desa itu mencapai 7.000 liter per hari.
Selain susu, hampir 100 persen lahan pertanian di Pujon Kidul juga menghasilkan sayuran dan buah-buahan. “Kalau kebijakan impor tetap dijalankan, maka akan timbul keresahan di tingkat petani, muncul gejolak. Sebab selama ini para petani dan peternak itu yang merasakan langsung dampaknya,” ujarnya.
Selama ini harga jual produk petani selalu anjlok bila panen tiba. Tidak ada petani yang berharap akan rugi. Mereka punya keinginan dan harapan harga bisa lebih baik. Namun harapan itu seolah sirna bila ada barang impor produk sejenis.
Ketua Asosiasi Agrobisnis Cabai Indonesia Kabupaten Malang, Mohammad Yusuf, senada dengan Udi. Petani sentra cabai Kecamatan Ngantang ini menyebut kebijakan impor wajar dilakukan jika pasokan cabai sedang langka dan di satu sisi harganya melambung demi kepentingan konsumen.
Akan tetapi, jika pasokan cabai di petani banyak, tidak realistis jika pemerintah membuka kran impor. “Impor sama dengan mematikan petani. Otomatis petani keberatan, baik itu petani cabai, bawang merah, dan lainnya. Kalau ada impor maka harga dipastikan turun,” katanya.
Harga cabai di tingkat petani di Ngantang, saat normal, bahkan cenderung rendah. Harga cabai rawit saat ini Rp 19.000 per kilogram (kg), cabai merah besar Rp 10.000 per kg, cabai keriting Rp 12.000 per kg, dan bawang merah Rp 12.000 per kg. Saat ini tidak sedang musim panen raya cabai dan bawang merah, namun stok produksi mencukupi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang, produksi cabai rawit di wilayah setempat tahun 2016 mencapai 3.046 hektar. Dari jumlah tersebut, luas tanam di Ngantang 730 hektar dan 750 hektar di Pujon. Adapun produksi cabai rawit tahun 2016 sebanyak 243.720 ton. Dari jumlah itu 36.750 ton diantaranya ada di Ngantang dan 23.680 ton ada di Pujon.