SURABAYA, KOMPAS — Dengan kontribusi 57,5 persen terhadap produk domestik regional bruto, usaha mikro, kecil, dan menengah merupakan soko guru perekonomian Jawa Timur.
”Dari Rp 2.019 triliun PDRB Jatim, kontribusi UMKM mencapai Rp 1.161 triliun,” ujar Gubernur Jawa Timur Soekarwo seusai pembukaan Pameran Koperasi dan UMKM, Rabu (15/8/2018), di Surabaya. Pameran berlangsung sampai Minggu, 19 Agustus, di pusat perbelanjaan Grand City.
Menurut Soekarwo, UMKM juga berperan penting dalam pengentasan warga dari kemiskinan di provinsi berpenduduk 40 juta jiwa itu. UMKM berlokasi di rumah tangga atau permukiman. UMKM biasanya menyerap pekerja yang notabene tetangga atau warga sekitar. Dengan begitu, UMKM merupakan penjamin komunitas untuk tetap berdaya dalam ekonomi.
Skala usaha dari Rp 50 juta menjadi Rp 200 juta dan bermiliar-miliar rupiah berdampak positif terhadap tarikan jumlah pekerja yang pasti bertambah. Dengan demikian, anggota masyarakat yang menganggur dan miskin dapat terserap, bahkan mengupayakan perubahan hidup ekonomi menjadi tidak miskin lagi.
Ketua Dekranasda Jatim Nina Kirana mengatakan, berdasarkan catatan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Jatim, terdapat 6,83 juta UMKM. Sektor ini menyerap 11,11 juta pekerja atau separuh lebih dari 20,2 juta angkatan kerja.
Penduduk Indonesia yang berjumlah 261 juta merupakan pasar yang amat besar bagi produk pemasaran global. Pasar nasional setara dengan 40 persen pasar Asia Tenggara. Dengan demikian, jika UMKM domestik menguasai pasar sendiri, berarti mampu bersaing untuk turut menguasai pasar dunia. ”Perdagangan UMKM antardaerah perlu digiatkan,” ujar istri Soekarwo itu.
Agar terus bertahan dan berkembang, UMKM harus meningkatkan kualitas produk dan pengemasan yang menarik dan mengedepankan budaya positif bangsa Indonesia. Ramah, jujur, total, dan terbuka terhadap konsumen yang ingin mengetahui suatu produk.
”Peran kami di pemerintahan ialah memastikan iklim penanaman modal tetap bagus, mudah, dan murah,” kata Soekarwo.