Pergerakan IHSG Terhambat Pelemahan Bursa Regional
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indeks Harga Saham Gabungan ditutup melemah 32,79 poin atau 0,56 persen ke level 5.783,79, Kamis (16/8/2018). Pergerakan negatif indeks bursa regional Asia menjadi faktor penghambat laju pergerakan IHSG hari Kamis.
Adapun kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 7,59 poin atau 0,83 persen menjadi 904,78. Investor asing membukukan aksi jual bersih sebesar Rp 761,99 miliar di seluruh pasar.
Hari ini 8,466 miliar lembar saham diperdagangkan dengan total nilai Rp 6,920 triliun. Dari semua saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, 135 saham naik, 242 saham menurun, dan 128 saham tidak bergerak nilainya.
”Sentimen bursa eksternal yang negatif menjadi salah satu faktor yang menghambat laju pergerakan IHSG,” kata Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah.
Di hari penutupan yang sama, mayoritas bursa regional mengalami kemerosotan. Indeks Nikkei di Jepang turun 12,18 poin (0,05 persen) ke 22.192,03, indeks Hang Seng di Hong Kong melemah 223,52 poin (0,82 persen) ke 27.100,06, serta indeks Strait Times di Singapura melemah 22,19 poin (0,69 persen) ke posisi 3.211,93.
Terbitnya nota keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019 tidak mampu mendorong IHSG yang sepanjang perdagangan berada di zona merah.
Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada, menambahkan, kondisi ekonomi global yang tidak kondusif membuat investor asing kembali melepas saham dari bursa negara berkembang.
”Masih adanya kekhawatiran berlebihan terhadap potensi resesi Turki terhadap negara berkembang lainnya membuat investor asing mengambil posisi jual,” katanya.
Tekanan terhadap nilai tukar mata uang rupiah pun ikut menekan pergerakan bursa saham. Depresiasi rupiah menjadi perhatian serius bagi otoritas moneter Indonesia hingga hasil rapat Gubernur BI akhirnya memutuskan menaikkan suku bunga sebanyak 25 bps menjadi 5,50 persen.
Untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, pemerintah juga akan menerapkan pengurangan impor bahan baku ataupun barang konsumsi dengan tidak mengganggu momentum pertumbuhan ekonomi.
”Bauran kebijakan-kebijakan moneter ini, diharapkan menambah tingkat kepercayaan investor untuk tetap menanam modal mereka di Indonesia,” kata Reza.