Fasilitasi Edukasi, Indonesia Blockchain Hub Diluncurkan
Oleh
·2 menit baca
Jakarta, Kompas - Meski telah mulai dikembangkan 10 tahun lalu, persepsi masyarakat mengenai teknologi blockchain masih sempit. Sebagai gambaran, teknologi blockchain dipahami sebagai sesuatu yang identik dengan mata uang kripto.
Berangkat dari permasalahan itu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Asosiasi Blockchain Indonesia, Badan Ekonomi Kreatif, dan HARA Token mendirikan Indonesia Blockchain Hub. Pendiri dan CEO HARA Token (penyedia teknologi blockchain untuk sektor industri pertanian), Regi Wahyu, di sela-sela peresmian Indonesia Blockchain Hub, Kamis (16/8/2018), di Grha Tirtadi, Senopati, Jakarta Selatan, menyebutkan tiga fungsi utama Indonesia Blockchain Hub.
Pertama, sebuah fasilitas yang mempertemukan berbagai pihak yang ingin belajar ataupun berbagi pengetahuan tentang teknologi blockchain. Fungsi kedua yaitu sebagai pusat pelatihan kompetensi di bidang teknologi blockhain. "Kami berharap bisa lahir tempat sertifikasi profesi juga," ujar dia.
Adapun fungsi ketiga adalah ruang menggodok inovasi produk berbasis teknologi blockchain. Untuk mengakomodasi ini, Indonesia Blockchain Hub siap menyediakan coworking space atau ruang kerja bersama.
Ketua Komite Tetap Perdagangan Internasional Kadin Indonesia, Yos Ginting mengemukakan, di tingkat internasional, teknologi blockchain terus berkembang untuk menemukan varian produk. Dia menilai tahapan perkembangannya masih awal. Oleh karena itu, Indonesia sudah saatnya tidak berdiam diri.
"Karakteristik teknologi blockchain meliputi desentralisasi, kontrak cerdas, tidak bisa dimanipulasi, dan bisa terprogram dengan baik. Karakteristik ini perlu diedukasikan lebih masif kepada khalayak umum," kata Yos.
Sementara ekonom dan mantan Menteri Keuangan Indonesia periode 2013-2014, Chatib Basri, berpendapat, teknologi blockchain sudah dibicarakan oleh pemimpin dunia yang tergabung dalam G20. Pembicaraan mereka terbatas. Dia menyarankan, pemerintah Indonesia turut ambil bagian untuk edukasi.