Gerakan menyelamatkan lira terjadi hanya sepekan setelah mata uang Turki itu terus melemah terhadap dollar AS, hingga 7,24 lira per dollar AS. Gerakan itu tak hanya dilakukan pemerintah, tetapi juga pelaku bisnis menengah dan besar Turki. Mereka menjual simpanan dollar AS ke bank dan penukaran mata uang asing, sebagai respons atas permintaan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk memperkuat lira. Para importir Turki berkomitmen mengurangi atau menunda impor yang belum terlalu dibutuhkan.
Bagaimana dengan di Indonesia? Pada saat rupiah melemah semakin dalam, impor minyak dan gas bumi (migas), bahan baku, barang modal, dan barang konsumsi justru meningkat tajam. Nilai tukar rupiah terlemah tahun ini pada Rp 14.625 per dollar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate pada 14 Agustus 2018.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, pada Januari-Juli 2018, neraca perdagangan Indonesia defisit 3,09 miliar dollar AS. Defisit neraca migas 6,65 miliar dollar AS, sedangkan neraca migas hanya surplus 3,56 miliar dollar AS.
Aksi beli valuta asing meningkat tajam seiring peningkatan kebutuhan domestik, pembangunan infrastruktur, serta pembayaran dividen dan bunga utang luar negeri. Cadangan devisa terkuras 11,9 miliar dollar AS pada Januari-Juli 2018.
Per akhir Juli 2018, cadangan devisa tinggal 118,3 miliar dollar AS. Bank Indonesia (BI) menyatakan, cadangan devisa itu masih cukup untuk operasi moneter, membiayai impor, dan membayar utang luar negeri selama 6,7 bulan.
Pada April 2018, devisa hasil ekspor 11,822 miliar dollar AS. Dari jumlah itu, yang masuk ke bank domestik di dalam negeri 10,954 miliar dollar AS atau 92,7 persen. Akan tetapi, yang dikonversikan ke rupiah hanya 15,1 persen dari yang masuk ke bank domestik. Pemerintah sedang mencari solusi yang tepat agar devisa hasil ekspor dapat bertahan lama di dalam negeri dan bisa dikonversikan ke rupiah.
Gerakan menyelamatkan rupiah masih di tataran moneter, yaitu melalui kebijakan suku bunga acuan dan operasi moneter. Pada Januari-Agustus 2018, BI telah empat kali menaikkan suku bunga acuan menjadi 5,5 persen. BI juga berupaya menekan premi lindung nilai di pasar swap valas, agar biaya lindung nilai lebih murah.
Sementara, pemerintah baru merespons secara konkret setelah transaksi berjalan triwulan II-2018 defisit 8 miliar dollar AS atau 3 persen terhadap produk domestik bruto. Pemerintah akan mengenakan pajak impor 7,5 persen terhadap barang yang memiliki substitusi impor dalam negeri dan bukan termasuk jenis barang yang strategis.
Program mandatori B20 -pencampuran 20 persen biodiesel ke dalam 1 liter solar- segera direalisasikan. Pemerintah juga menginstruksikan PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menahan impor barang modal proyek infrastruktur. Sementara, Otoritas Jasa Keuangan menyesuaikan regulasi perbankan dalam rangka mendorong pertumbuhan sektor perumahan, pariwisata, dan peningkatan devisa.
Momentum 73 tahun Kemerdekaan RI diharapkan menjadi titik balik memaknai semangat nasionalisme untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global. Mari bergerak bersama menyelamatkan rupiah, menekan defisit transaksi berjalan, dan membangun perekonomian Indonesia yang tahan uji. (Hendriyo Widi)