JAKARTA, KOMPAS — Setelah melemah pada perdagangan pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan berpeluang menguat pekan ini. Sejumlah sentimen global dan domestik diharapkan menjadi daya tarik bagi investor untuk kembali ke pasar modal Indonesia.
Analis Narada Asset Management, Kiswoyo Adi Joe, memprediksi IHSG bakal menguat pada perdagangan pekan ini. Penguatan itu akibat sentimen eksternal yang mulai mereda sehingga IHSG berpeluang terdorong.
Pada perdagangan Kamis (16/8/2018), IHSG ditutup melemah 0,546 persen atau 32,792 poin ke level 5.783,798. Sepanjang pekan lalu, IHSG turun 4,83 persen, sedangkan sejak awal tahun melemah 9 persen. Kapitalisasi pasar saham di Bursa Efek Indonesia turun, menjadi Rp 6.520 triliun.
Investor asing pada perdagangan Kamis lalu membukukan jual bersih Rp 761,90 miliar. Dengan demikian, sejak awal tahun investor asing mencatatkan jual bersih Rp 51,304 triliun.
”Investor sudah tidak memperlihatkan kepanikan dalam memandang krisis di Turki. Secara teknikal, pekan lalu IHSG sudah menurun dengan dalam sehingga pekan ini sangat mungkin aksi beli dapat menguatkan IHSG,” ujar Kiswoyo di Jakarta, Minggu (19/8/2018).
Direktur Investa Saran Mandiri, Hans Kwee, berpendapat, sepanjang pekan ini ada sentimen yang memengaruhi penguatan IHSG. Sentimen itu, salah satunya, perundingan Amerika Serikat dan China pada akhir Agustus. ”Perundingan ini menimbulkan ekspektasi bahwa perang dagang yang panas bisa berkurang dan diharapkan ada solusi mengenai tarif impor,” kata Hans.
Menurut data Bursa Efek Indonesia, data perdagangan saham pada 13-16 Agustus 2018 mengikuti sentimen pasar regional dan global. Volume transaksi harian meningkat 3,24 persen menjadi 9,12 miliar unit saham, dari 8,83 miliar unit saham pada pekan sebelumnya.
Hans mengingatkan, investor asing masih akan mempertimbangkan data neraca perdagangan Indonesia Juli 2018 yang defisit 2,03 miliar dollar AS, untuk kembali masuk ke pasar modal Indonesia. Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan menjadi 5,5 persen untuk menahan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Hal ini membuat pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS penting sebagai bahan pertimbangan investor dalam melakukan aksi beli.
”Kedua sentimen domestik tersebut bisa saling tarik sebab pergerakan rupiah menjadi pertimbangan investor,” ujar Hans.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Dollar Spor Rate, pada Kamis lalu nilai tukar rupiah Rp 14.619 per dollar AS.