JAKARTA, KOMPAS – Penggunaan valuta asing di pasar spot atau pasar transaksi valuta asing didominasi untuk impor, yaitu sebesar 72,29 persen. Hal itu berpotensi menguras cadangan devisa dan semakin melemahkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsyah kepada Kompas, Senin (20/8/2018), mengatakan, selama ini banyak korporasi yang bertransaksi valas di pasar spot, sehingga berpotensi membuat rupiah bergelojak. Hal itu ditunjukkan dengan meningkatnya transaksi valas di pasar spot yang terjadi antara nasabah korporasi dengan bank.
Pada 2017, nilai transaksi spot nasabah dengan bank senilai 1,5 miliar dollar AS per hari. Hingga pertengahan tahun ini, nilai transaksinya meningkat menjadi 1,75 miliar dollar AS.
“Pembelian valas itu digunakan untuk impor migas dan nonmigas sebesar 72,29 persen, pembayaran utang luar negeri 11,33 persen, pembelian jasa 3,65 persen, dan repatriasi deviden dan kupon 1,46 persen,” kata dia.
Untuk itu, lanjut Nanang, BI ingin mendorong pelaku bisnis memanfaatkan transaksi valas melalui forex (FX) swap lindung nilai. Adapun untuk FX swap lelang pesertanya hanya perbankan.
Di pasar FX lindung nilai, BI akan menurunkan batas minimal transaksi FX swap lindung nilai dari 10 juta dollar AS menjadi 2 juta dollar AS. Dengan demikian akan semakin banyak korporasi yang melakukan lindung nilai dalam bertransaksi valas.
“Kami akan mengatur relaksasi itu dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur (PADG) tentang Transaksi Swap Lindung Nilai kepada BI. Regulasi itu akan diterbitkan dalam waktu dekat ini,” kata dia.
Menurut Nanang, hal itu bertujuan menarik pelaku bisnis melakukan transaksi lindung nilai valuta asing (valas). Pelaku bisnis yang dimaksud bisa eksportir, importir, debitur utang luar negeri, dan pelaku yang bergerak di sektor infrastruktur.
"Importir asing yang akan menanamkan modalnya di obligasi negara dan bank yang akan melindungi nilai utang luar negerinya juga bisa melakukan lindung nilai itu," ujarnya.
Aksi beli valuta asing meningkat tajam seiring peningkatan kebutuhan domestik, pembangunan infrastruktur, serta pembayaran dividen dan bunga utang luar negeri. Cadangan devisa terkuras 11,9 miliar dollar AS pada Januari-Juli 2018. Per akhir Juli 2018, cadangan devisa tinggal 118,3 miliar dollar AS.
BI menyatakan, cadangan devisa itu masih cukup untuk operasi moneter, membiayai impor, dan membayar utang luar negeri selama 6,7 bulan.