Amat (27) gelisah mengamati Jalan Raya Senggigi yang sepi di luar gerai Scuba Froggy. Seusai gempa berkekuatan magnitudo 7,0 yang melanda Lombok, Nusa Tenggara Barat, tiga pekan lalu, tidak lagi terlihat lalu lalang turis di kawasan Senggigi.
”Biasanya saya sibuk melayani tamu yang datang. Sejak gempa saya banyak duduk-duduk,” kata Amat saat ditemui di Jalan Raya Senggigi, Lombok Barat, Minggu (26/8/2018). Scuba Froggy adalah penyedia jasa wisata menyelam di Pulau Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air yang membuka lima gerai di Senggigi.
Selain di Jalan Raya Senggigi, Scuba Froggy membuka gerai di Hotel Sheraton, Hotel Qunci Villas, Katamaran, dan Living Asia di Senggigi. Setelah gempa mengguncang Lombok, hanya satu gerai yang beroperasi. ”Hari ini belum ada satu pun tamu yang datang,” ucap Amat.
Saat gempa berkekuatan M 6,4 pertama kali mengguncang Lombok, Minggu (29/7), kawasan Gunung Rinjani terdampak dan ditutup bagi pendaki. Seminggu berselang, terjadi gempa M 7,0 yang berakibat lumpuhnya wisata di Lombok, terutama kawasan Senggigi dan Gili Trawangan. Sebagian besar bangunan porak poranda.
Tiga minggu seusai gempa, pelaku wisata di Senggigi, Gili Trawangan, dan Kota Mataram mulai berbenah. Sejumlah bangunan hotel, restoran, dan gerai jasa wisata mulai diperbaiki. Sebagian sudah beroperasi, seperti Scuba Froggy.
Namun, menurut Amat, nanya 1-2 wisatawan per hari yang berminat menyelam, padahal di masa normal bisa 30-40 tamu per hari dengan Scuba Froggy.
Untuk menggaet wisatawan, Scuba Froggy menawarkan potongan harga 15-20 persen. Harga normal Rp 1,5 juta untuk menyelam di Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air.
Sulhadi, pemilik restoran di Gili Trawangan, juga menyiapkan potongan harga saat restoran buka pekan depan. Dia juga akan bekerja sama dengan pemilik hotel untuk memberikan paket promosi menginap di hotel sekaligus menyantap makan malam di restoran.
Saat normal, ia kedatangan 40-50 tamu per hari. Omzetnya Rp 2,5 juta-Rp 3 juta per hari.
Promosi
Nana Diana (42) dari Back and Front Office Dream Divers yang menyewakan kamar dan paket menyelam mengatakan, gempa membuat tamu membatalkan reservasi.
”Sampai sekarang belum ada kepastian kapan mereka jadi ke Lombok. Kalau mengontak paling hanya menanyakan kondisi. Yang kami lakukan sekarang memanfaatkan media sosial, seperti Instagram dan Facebook, untuk promosi bahwa Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air sudah aman,” kata Nana.
Strategi lain untuk menggaet wisatawan kembali ke Lombok adalah menawarkan potongan harga, mulai dari kamar, paket menyelam, hingga makanan. Potongan harga berlaku hingga kondisi Lombok pulih.
Hotel di Mataram melakukan hal serupa. General Manager Hotel Golden Palace yang juga Ketua Asosiasi Hotel Mataram (AHM), Ernanda Agung Dewobroto, mengatakan, mereka menawarkan diskon harga kamar.
Menurut Ernanda, upaya mempromosikan kembali pariwisata Lombok sangat penting. Gempa beruntun berdampak pada tingkat hunian hotel. Tingkat hunian sekitar 2.000 kamar dari 37 hotel yang tergabung dalam AHM diperkirakan kurang dari 10 persen. Padahal, pada musim liburan Juli-Agustus, okupansi bisa 70 persen.
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) NTB Dewantoro Umbu Joka mengatakan, dalam waktu dekat mereka akan mengikuti sejumlah kegiatan untuk mempromosikan Lombok terkini. Kegiatan itu antara lain Islamic Halal Tourism di Kuala Lumpur pada 5-6 September dan Asita Jakarta Travel di Jakarta pada 18-20 September mendatang.
”Kami juga akan meyakinkan para pengusaha travel bahwa Lombok aman untuk dikunjungi. Lombok tidak hanya Gili dan Rinjani. Masih banyak destinasi, lain seperti kawasan Mandalika di Lombok Tengah serta Gili Nanggu di Lombok Barat,” kata Dewantoro.
Ia berharap semua pihak ikut ambil bagian, khususnya maskapai penerbangan. ”Jangan sampai kami sudah promosi, kasih diskon, tetapi maskapai tidak membantu dengan harga promosi. Itu akan membuat wisatawan enggan ke Lombok,” ujarnya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia NTB Hadi Faesal mengatakan, semua pelaku di bidang jasa pariwisata siap memulihkan sektor pariwisata agar kembali menggeliat. Apalagi, Sabtu (25/8), tanggap darurat penanganan gempa Lombok dinyatakan berakhir untuk dilanjutkan dengan tahap transisi darurat ke pemulihan.
”Kami akan segera melakukan promosi dan pendekatan ke negara-negara yang loyal dengan wisata Lombok. Kami berharap wisatawan tidak takut datang ke Lombok,” ujar Hadi. (ILO/ZAK/JUM)