JAKARTA, KOMPAS — Masih sedikit masyarakat berpenghasilan rendah memiliki asuransi sebagai salah satu bentuk perlindungan. Sejumlah strategi diterapkan pelaku industri untuk menarik minat untuk memiliki asuransi mikro, salah satunya dengan menawarkan premi asuransi senilai Rp 4.000.
Laporan Tahunan 2016 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, jumlah peserta asuransi mikro sebesar 20,76 juta peserta pada 2016 dengan premi mencapai Rp 1,13 triliun. Jumlah itu meningkat 13,43 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 18,3 juta peserta.
Head of Credit Life and Emerging Consumers PT Asuransi Allianz Life Indonesia Yoga Prasetyo seusai penandatanganan kerja sama Allianz Life Indonesia dan PT Witami Tunai Mandiri di Jakarta, Rabu (29/8/2018), mengatakan, jumlah tersebut tidak menunjukkan kondisi yang ada di lapangan.
”Ketika angka tersebut diteliti, ternyata lebih dari 95 persen adalah asuransi jiwa kredit yang digabung dengan asuransi jiwa mikro,” kata Yoga. Diperkirakan, hanya ada 50.000 peserta asuransi mikro mandiri (standalone). Allianz, misalnya, memiliki 8.000 peserta asuransi mikro mandiri dari 6,4 juta peserta yang terdaftar.
Menurut Yoga, target pasar asuransi mikro tidak hanya terdiri dari masyarakat berpenghasilan rendah, tetapi juga generasi muda yang baru pertama kali bekerja. Mereka disebut sebagai emerging consumers.
Karakter dari konsumen tersebut adalah mereka membutuhkan akses terhadap asuransi dengan cara yang sederhana, cepat, dan murah. Mereka sulit untuk didekati oleh agen asuransi dengan metode konvensional. Oleh karena itu, dunia digital merupakan alat yang sesuai untuk menarik mereka berasuransi.
Direktur Operasional TrueMoney Indonesia Rio da Cunha mengatakan, penawaran asuransi kini dapat dilakukan dengan aplikasi yang disediakan oleh perusahaannya bersama Allianz. Adapun TrueMoney adalah layanan keuangan digital milik PT Witami Tunai Mandiri.
”Kami menyediakan produk asuransi jiwa mikro Sekoci (Santunan Ekonomi untuk Keluarga Tercinta),” tutur Rio. Sekoci memiliki dua produk, yakni Sekoci I dengan premi Rp 4.000 dan Sekoci II dengan premi Rp 15.000.
Asuransi bisa dibeli oleh pelanggan yang berusia 17-60 tahun. Sekoci tersebut bisa dibeli melalui agen dan aplikasi TrueMoney.
Emerging Consumers Business Development Manager PT Asuransi Allianz Life Indonesia Auxentius Cahyo Bintoro menyampaikan, secara umum, potensi pasar bagi asuransi mikro mandiri Indonesia masih sangat besar.
Perusahaan asuransi terus memikirkan strategi untuk menjangkau pasar yang ada, termasuk di pelosok daerah. Perusahaan seperti Allianz telah memiliki produk asuransi mikro sejak 2006, tetapi baru memasuki kondisi stabil pada 2008.
Dalam memasarkan produk asuransi mikro, Allianz berusaha menggandeng 72 mitra di bidang keuangan yang telah memiliki pelanggan, seperti koperasi, lembaga keuangan mikro (LKM), dan perusahaan peer-to-peer lending. Ditambah lagi, akses untuk asuransi akan dikombinasikan secara daring (online) dan luring (offline), yakni melalui aplikasi dan agen.
Adapun Allianz menyatakan telah mengumpulkan premi asuransi mikro sekitar Rp 30 miliar per Juni 2018, naik 21,2 persen dibandingkan periode yang sama pada 2017. Perusahaan yang berkantor di Jerman itu menargetkan premi asuransi mikro mencapai Rp 50 miliar pada 2018. Jumlah itu naik Rp 4 miliar ketimbang pencapaian pada 2017.