Membawa Pempek Mendunia
Asian Games diharapkan menjadi momentum memperkenalkan pempek ke dunia internasional. Namun, kuliner Palembang tak hanya pempek.
Palembang identik dengan pempek, produk kuliner khas yang cocok dibawa sebagai oleh-oleh. Salah satu lokasi yang layak ditengok adalah sentra pempek di Jalan Mujahidin, Pasar 26 Ilir, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang.
Di kawasan ini, puluhan warung berjejer menjual produk pempek lenjer, adaan, telor kecil, dan telor besar yang disebut kapal selam. Masih ada produk lain, seperti kerupuk kemplang, tekwan, dan model. Kawasan itu memang incaran para pemburu oleh-oleh karena harganya cukup terjangkau, Rp 1.000 per butir.
Pemilik warung pempek, Dayat Arifin, menyebutkan, penjualan pempek saat Asian Games meningkat. Di hari biasa, dia hanya memproduksi 50 kilogram adonan yang menghasilkan sekitar 6.500 butir pempek. Namun, saat Asian Games, terutama akhir pekan, ia menyiapkan 80 kg-100 kg adonan pempek dengan produksi 10.000-13.000 butir.
Ketua Asosiasi Pengusaha Pempek Palembang Yenny Anggrainy mengatakan, Asian Games menciptakan peluang bagi pelaku usaha kecil, termasuk pedagang makanan khas Palembang. Hal ini karena wisatawan akan membawa oleh-oleh ke kota mereka.
Setiap hari, produk pempek yang keluar melalui Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang mencapai 7 ton. Saat Asian Games, produk pempek yang dikirim bisa mencapai 14 ton per hari. ”Hal ini juga terjadi pada masa Lebaran,” katanya.
Pemerintah pun membuka peluang bagi pelaku usaha dengan menyediakan tempat berjualan di beberapa tempat, seperti di pusat kuliner Lorong Basah, Sudirman Walk, dan Sumsel Expo.
Keberadaan Asian Games juga menjadi momen tepat untuk memperkenalkan pempek ke dunia internasional. Sebelum ini, wisatawan yang kerap membawa pempek berasal dari Thailand, Brunei Darussalam, dan Malaysia. ”Dengan Asian Games diharapkan lebih banyak lagi wisatawan asing membawa pempek ke negara mereka,” kata Yenny.
Menteri Pariwisata Arief Yahya sebelum ini mengatakan, Asian Games mendatangkan sekitar 50.000 wisman ke Palembang. Selain itu, sekitar 5.000 media internasional akan datang untuk meliput Asian Games. ”Momentum ini sangat penting karena akan ada sekitar Rp 1 triliun perputaran uang selama Asian Games. Hal ini perlu dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan daerah,” ucapnya.
Lambang keragaman
Selain pempek, yang berakar dari kuliner China, kota ini juga terkenal dengan nasi samin atau nasi minyak khas Palembang. Keberadaan nasi minyak itu menandakan keragaman latar belakang dan budaya Palembang, tempat budaya baru muncul berkat pertautan budaya dengan suku bangsa lain.
Nasi minyak sejatinya kuliner asli dari Timur Tengah, dibawa oleh pedagang asal Hadramaut, Yaman Selatan, sekitar 400-500 tahun lalu ke Palembang. Bentuk nasi minyak itu tidak jauh berbeda dengan nasi minyak di daerah lain. Hanya saja, nasi minyak palembang disajikan dengan sejumlah lauk yang khas.
Lauk pauk itu antara lain pentul ikan dan malbi. Pentul ikan berbentuk sate, tetapi hanya terdiri atas satu potong berukuran besar. Rasanya seperti rasa bakso ikan, tetapi dengan tekstur lebih lembut dan berasa lebih gurih serta manis.
Adapun malbi adalah rendang manis khas Palembang, biasanya terbuat dari daging sapi. Cara membuatnya mirip rendang, tetapi lebih manis. Serupa seperti semur, tetapi berkuah lebih kental. Biasanya, lauk itu disandingkan dengan sambal mangga yang pedas, manis, dan sedikit asam.
Salah satu penjual nasi minyak yang terkenal dan buka cukup lama adalah Rumah Makan Haji Abuk di Pasar Kuto, Palembang. Harga nasi minyak berkisar Rp 20.000 hingga Rp 25.000 per porsi sesuai dengan lauk yang diminta. Umumnya, warga Palembang makan nasi minyak saat pagi dan siang hari.
Menantu pemilik RM H Abuk, Fahmi Al Khaf (55), di Palembang, Kamis (16/8/2018), mengatakan, nasi minyak memang asal Timur Tengah dan beradaptasi dengan kebudayaan lokal hingga menjadi nasi minyak palembang. Awalnya, nasi minyak hanya dimasak orang Palembang keturunan Arab untuk sedekah ruah atau hajatan keluarga. Namun, belakangan, banyak warga lokal yang menyukai nasi minyak.