Program B20 Bisa Tekan Defisit, Harga Sawit Terdongkrak
Oleh
DIMAS WARADITYA NUGRAHA/ M PASCHALIA JUDITH
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS - Pemerintah optimistis penggunaan solar dengan campuran biodiesel sebanyak 20 persen atau B20 dapat memperbaiki defisit transaksi berjalan. Kebijakan untuk menekan impor ini akan mulai berlaku pada 1 September 2018.
Menteri Koordinator Bidang Kemartitiman Luhut Binsar Panjaitan kebijakan campuran 20 persen minyak sawit terhadap solar bisa menghemat pengeluaran untuk impor sebesar 2 miliar dollar AS pada tahun ini, dan 8 miliar dollar AS tahun depan.
“Dengan mengganti solar ke B20, minyak kelapa sawit sebagai bahan biodiesel juga nanti harganya akan naik, petani diuntungkan dan defisit transaksi berjalan akan lebih baik,” kata Luhut di Yogyakarta, Rabu (29/8/2018).
Transaksi berjalan yang mengalami pelebaran defisit hingga 3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau sebesar 8 miliar dollar AS pada triwulan II-2018. Jumlah ini meningkat dari defisit transaksi berjalan triwulan I-2018 sebesar 5,7 miliar dollar AS.
Harga CPO yang saat ini berkisar 350 dollar AS per ton, menurut Luhut, bisa naik hingga 750 dollar AS per ton karena pengurangan impor minyak mentah.
Luhut memaparkan, berdasarkan perhitungan yang dia lakukan, dalam lima tahun ke depan produksi CPO di Indonesia bisa menyentuh 70 juta ton per tahun. Untuk itu, ia meyakini devisa yang bisa diterima Indonesia bisa mencapai 50 miliar dollar AS.
“Untuk suplai tidak perlu khawatir karena produksi kelapa sawit yang saat ini sebesar 36 juta ton per tahun bisa meningkat sampai 70 juta ton per tahun karena ada program replanting,” ujarnya.
Harga tandan naik
Meningkatnya permintaan minyak kelapa sawit untuk biodiesel berdampak pada naiknya tandan buah segar atau TBS. Menurut Wakil Ketua 1 Dewan Masyarakat Sawit Indonesia, Sahat M Sinaga, harga TBS kelapa sawit di tingkat petani telah meningkat 12 persen sejak pekan lalu.
Kenaikan itu merupakan dampak psikologis pasae terhadap peningkatan permintaan. "Sebelumnya harganya Rp 1.140 per kilogram (kg) sedangkan saat ini Rp 1.280 per kg," ujarnya saat ditemui secara terpisah di Jakarta, Kamis.
Proyeksinya, kebutuhan minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) untuk perluasan pemanfaatan B20 sebayak 2,4 juta ton pada September - Desember 2018. Sahat merinci, 1,4 juta ton CPO di antaranya untuk transportasi pelayanan publik (PSO) dan 1 juta ton CPO untuk non-PSO.
Paulus memperkirakan, 1 juta ton CPO setara dengan 1 juta kiloliter biodiesel. Angka tersebut akan disalurkan melalui 11 badan usaha bahan bakar minyak.
Distribusi
Terkait program B20, sejumlah produsen biodiesel meminta pengantaran ke badan usaha bahan bakar minyak menjadi prioritas. Koordinasi dengan pemangku kepentingan perhubungan dibutuhkan.
Dalam rangka memperlancar distribusi campuran biodiesel 20 persen atau B20 setelah mandatori perluasan diberlakukan, Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia Paulus Tjakrawan mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), PT Pelabuhan Indonesia (Persero), dan Direktorat Bea Cukai Kementerian Keuangan. "Kami meminta logistik dan pengantaran B20 diprioritaskan," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (30/8/2018).
Saat ini, jangkauan pabrik biodiesel ke badan usaha bahan bakar minyak telah mencapai 87 persen dan menyasar daerah-daerah komersial. Wilayah yang sulit terjangkau berada di kawasan berikat.
Sementara itu, Paulus menjamin logistik suplai minyak kelapa sawit mentah untuk pabrik biodiesel tidak terhambat. Secara umum, ada 22 pabrik biodiesel dengan kapasitas total 11,8 - 12 juta kilo liter.