Krisis Argentina dan Turki Hambat Aliran Dana Asing
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Krisis ekonomi di Argentina dan Turki menghambat aliran dana investasi asing ke pasar modal negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Nilai mata uang kedua negara yang merosot mendorong dana keluar dari pasar negara-negara berkembang.
Pada perdagangan Jumat (31/8/2018), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun tipis 0,5 poin atau 0,01 persen ke 6.018,46. IHSG sempat menyentuh 5.940,65. Menjelang penutupan perdagangan, IHSG menguat.
Indeks saham di pasar modal Thailand, Singapura, dan Vietnam juga berada di zona merah. Sebaliknya, Filipina membukukan kinerja hijau.
Sejak awal tahun, IHSG melemah 5,31 persen. Investor asing membukukan jual bersih Rp 434,74 miliar pada perdagangan Jumat. Secara keseluruhan sejak awal tahun ini, investor asing mencatatkan jual bersih Rp 50,188 triliun.
Analis Artha Sekuritas, Dennies Christoper Jordan, mengatakan, investor asing sempat khawatir situasi di Argentina bisa terjadi di Indonesia. Apalagi, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus melemah.
”Krisis mata uang yang semakin mendalam di Argentina, melebihi di Turki, mengurangi minat investor untuk aset berisiko. Indonesia termasuk emerging market, sama seperti kedua negara tersebut,” ujarnya.
Permintaan Pemerintah Argentina agar pinjaman 50 miliar dollar AS dari Dana Moneter Internasional (IMF) dipercepat, menurut Dennies, juga menjadi sentimen negatif bagi investor asing.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Inarno Djayadi mengatakan, kondisi pasar modal masih kondusif kendati nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus melemah. Hal ini terbukti dengan pergerakan arus dana yang masuk ke pasar modal.
”Dalam sepekan ini, meskipun rupiah terus melemah, aliran dana saham dan obligasi masih terus masuk ke pasar modal,” kata Inarno.
Ia menambahkan, perdagangan sepekan ini menarik dana asing yang cukup banyak meskipun diikuti pelemahan nilai tukar rupiah. Pada pembukaan perdagangan kemarin, investor asing melakukan pembelian bersih Rp 16,27 miliar di seluruh pasar.
”Jadi, dana asing yang keluar karena rupiah melemah memang iya. Tetapi, dari sana terlihat pelemahan rupiah terjadi karena faktor eksternal, bukan dari saham yang terus melemah atau imbal hasil obligasi yang menurun,” ujar Inarno. (DIM)