JAKARTA, KOMPAS--Aset pasar modal syariah lebih besar dari aset perbankan syariah maupun industri keuangan nonbank syariah. Masih tersedia ruang cukup besar bagi pertumbuhan pasar modal syariah.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai dengan Juni 2018, aset pasar modal syariah Rp 661,71 triliun. Angka ini lebih besar dari aset perbankan syariah yang sebesar Rp 444,43 triliun dan industri keuangan nonbank syariah yang sebesar Rp 98,34 triliun.
Direktur Pasar Modal Syariah OJK Fadilah Kartikasasi menyampaikan, ruang pertumbuhan bagi pasar modal syariah masih luas. Sebab, pangsa pasar industri keuangan syariah di Indonesia baru 8,47 persen dari total aset industri jasa keuangan. “Tantangannya saat ini adalah edukasi kepada masyarakat karena faktanya tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah, khususnya pasar modal syariah, masih sangat kecil,” ujarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (31/8/2018).
Pada 2016, literasi pasar modal syariah hanya 0,02 persen. Adapun tingkat inklusi pasar modal syariah 0,01 persen.
Selain edukasi, OJK mendorong pelaku industri mengembangkan bisnis dengan menghadirkan variasi produk investasi yang terjangkau dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan cara itu, maka investor bisa tertarik untuk berinvestasi di dana syariah.
“OJK juga mendorong pelaku industri untuk bisa memanfaatkan teknologi finansial untuk memberi kemudahan bagi investor ketika ingin memperoleh produk,” ujarnya.
Aset di pasar modal syariah hingga Agustus masih didominasi saham syariah, yang sebesar Rp 3.432 triliun. Selanjutnya, sukuk negara Rp 627 triliun, reksa dana syariah Rp 32 triliun, dan sukuk korporasi Rp 17 triliun.
Sekretaris Jenderal Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Edy Setiadi menyatakan, aset keuangan syariah di Indonesia masih relatif kecil, yakni 81,8 miliar dollar AS pada 2016. Namun aset itu tumbuh 72 persen dalam setahun.
Angka pertumbuhan tersebut, lanjut Edy, di atas Iran (26 persen), Bahrain (22 persen), Kuwait (20 persen), dan Banglades (18 persen).
Edy optimistis aset keuangan syariah Indonesia akan terus tumbuh.
Sementara itu, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia meluncurkan reksa dana Manulife Dana Kas Syariah yang menyasar kebutuhan produk pasar modal syariah. Dengan peluncuran ini, Manulife mengelola empat produk syariah, yakni 2 reksa dana saham syariah, 1 reksa dana sukuk syariah, dan 1 reksa dana pasar uang syariah.
Presiden Direktur Manulife Aset Manajemen Indonesia, Legowo Kusumonegoro, mengatakan, pihaknya terus mendengarkan kebutuhan investasi masyarakat. Ragam produk reksa dana syariah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.
“Keunggulan reksa dana ini adalah terjangkau karena minimum investasinya hanya Rp 10.000, dikelola sesuai prinsip syariah, bebas biaya investasi, fluktuasi yang rendah, dan potensi imbal hasilnya mirip deposito syariah,” ujar Legowo. (DIM)